Sunday, February 17, 2013

Persengketaan yang Tak Hendak Surut



Pertemuan di Sungai Dareh

Bulan Februari merupakan bulan penuh gejolak, setidaknya itulah yang terekam dalam Sejarah Negeri Minangkabau. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang di Minangkabau atau setidaknya Sumatera Barat. Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau biasa disingkat dengan PRRI merupakan puncak dari segala ketidak puasan, kecemasan, dan kejengkelan terhadap Pemerintahan Jakarta pada masa tahun 1958.


Awal mulanya hanyalah bentuk ketidak puasan dari beberapa perwira militer di Sumatera Tengah atas perlakuan yang mereka dapat dari pemerintah pusat. Jerih payah mereka dalam berjuang dan mempertahankan negara ini sangat tidak dihargai. Setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949 oleh Belanda, Komando Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah diacak-acak oleh pusat. Beberapa pasukannya dikirim keluar Sumatera Tengah, dikirim ke berbagai daerah konflik. Namun setelah penugasan tersebut, para prajurit dari Divisi IX Banteng tidak dikembalikan ke induk pasukannya di Sumatera Tengah, melainkan dipindahkan ke Divisi lainnya. Seperti Batalyon Pagaruyung yang digabungkan ke dalam Divisi Siliwangi.

Makin lama Divisi IX Banteng semakin menciut sehingga tinggal satu brigade yang bernama sama dengan nama divisinya yakni Brigade Banteng pimpinan Ahmad Hussein. Pada bulan April 1952 brigade inipun diciutkan pula menjadi satu resimen di bawah komando Tentara Teritorium I Bukit Barisan (TT I BB) yang dipimpin oleh Kolonel Maluddin Simbolon.

Kebijakan pusat tersebut menimbulkan kekecewaan, ditambah dengan keadaan prajurit bekas Divisi IX Banteng yang menyedihkan. Hidup mereka memprihatinkan, keadaan kesehatan keluarga mereka sangatlah buruk, bahkan ada yang sampai meninggal.

Gagasan pertama untuk membentuk Dewan Banteng muncul pada pertemuan para perwira aktif maupun pensiunan bekas Divisi IX Banteng di Jakarta pada tanggal 21 September 1956. Kemudian reuni ini dilanjutkan di Padang pada tanggal 20-24 November 1956. Reuni ini dihadiri oleh 612 orang perwira aktif maupun pensiunan. Pada tanggal 20 Desember 1956 Dewan Banteng dibentuk dengan susunan kepengurusan ialah:
  1. Ketua: Kol. Ahmad Hussein
  2. Sekjen: Jendral Mayor (Purn) Suleman yang menjabat sebagai Kepala Biro  Rekonstruksi Nasional Sumteng.
  3. Anggota:
1)    Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa (Kepala Polisi Sumteng)
2)    Sutan Suis (Kepala Polisi Kota Padang)
3)    Mayor Anwar Umar (Komandan Batalion 142 Resimen 4)
4)    Kapten Nurmatias (Komandan Batalyon 140, Resimen Infantri 4)
5)    Darwis Taram Dt. Tumangguang (Bupati 50 Kota)
6)    Ali Luis (Bupati d/p Kantor Gubernur Sumatera Tengah)
7)    Syech Ibrahim Musa Parabek (Ulama)
8)    Datuak Simarajo (MTKAAM)
9)    Kolonel (Purn) Ismael Lengah
10) Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau)
11) Letnan Sebastian (Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau)
12) A. Abdul Manaf (Bupati Kab. Merangin, Jambi)
13) Kapten Yusuf Nur (Akademi Militer Jakarta)
14) Mayor Suib (Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta)

Saturday, February 16, 2013

Open you'r mind..



Ilustrasi Gambar: Internet
Valentine, sungguh suatu kata yang sangat romantis sekali bagi sebagian dari kita. Cinta kawan, cinta.. sungguh suatu kesempatan (moment) yang sangat baik sekali bagi sepasang kekasih untuk mengungkapkan betapa besar rasa sayang mereka kepada pasangannya. Menurut adat kebiasaan yang berlaku bagi penganutnya, Valentine dilambangkan dengan “coklat”. Coklat merupakan hadiah spesial sebagai pernyataan betapa besar cinta dan kasih di antara mereka berdua.

Namun rupanya hadiah coklat tidak hanya diberikan oleh sang kekasih kepada tambatan hatinya. Melainkan juga dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagai pertanda betapa besar cinta dan kasih mereka kepada sang buah hati. Entah di Indonesia saja atau memang di negeri asalnya memang lazim orangtua memberikan hadiah coklat kepada anak-anaknya. Entahlah kawan, kami tak begitu faham, maklumlah orang udik.

Valentine atau Hari Kasih Sayang dirayakan setiap tanggal 14 Februari menurut penanggalan masehi. Kisahnya cukup panjang, namun intinya ialah perjuangan untuk menyatukan dua insan yang sedang dimabuk cinta. Dimana salah seorang Paderi (pendeta) dimasa Kekaisaran Romawi harus menanggung hukuman mati sebagai akibat kebijakannya yang menentang penguasa. Sungguh kisah yang sangat sedih, terpuji, dan menyentuh hati bagi sepasang bujang dan gadis yang sedang dilanda cinta. Hati muda mereka akan tersentuh, jiwa muda mereka yang masih labil akan merana mendengar kisah serupa ini.

Perayaan Hari Kasih Sayang ini telah menyebar ke berbagai pelosok bumi ini. Berawal dari negeri asalnya di daratan Eropa, perayaan ini menyebar dengan cepat seiring dengan semakin kokoh dan kuatnya hegemoni Bangsa Barat atas Bangsa Timur. Orang Timur yang bermental lemah, tidak memiliki kepercayaan diri, dan telah menjadi orang kalah menerima mentah-mentah kebiasaan ini. Tanpa melalui usul-periksa terlebih dahulu.

Sunday, February 10, 2013

Dibodohi..

Gambar Ilustrasi: Internet

Entah apa yang terjadi dengan republik ini, kalau pada beberapa waktu yang lalu seorang vokalis sebuah grup band kembali dielu-elukan padahal dia baru saja menyelesaikan masa hukuman atas perbuatan amoralnya. Maka pada saat sekarang, seorang artis yang tertangkap sebagai pemakai narkoba justeru mendapat banyak simpati.
Sungguh kami sangat terkejut dan heran mendengarnya. Apakah kedua kasus ini hanyalah permainan media saja dalam menjaga imej seorang artis. Dengan tujuan supaya selepas dia menyelesaikan masa hukuman maka pamor dirinya akan dapat kembali diangkat. Dan ujungnya tentu saja arus uang yang mengalir ke kantong-kantong para konspirator.
Anehnya masyarakat kita tampaknya sudah mulai terpengaruh. Bukannya cerdas dalam membaca, mendengar, dan menyimak berita karena telah lama berada dalam alam kebebasan. Keadaannya ialah masyarakat kita semakin mudah untuk ditipu, dibodohi, dan dibohongi.

Tongkat Membawa Rebah

From West Sumatera to
Miss Indonesia
Foto: Internet
Entahkan senang atau sedih hati ini tatkala mendapat kabar perihal terpilihnya salah seorang “Gadis Minang” menjadi “Perempuan Tercantik” di Republik ini. Kita semuanya tentu telah faham kemana semuanya ini akan bermuara. Ya tuan.. ianya “Miss Universe” atau “Perempuan Tercantik Sedunia”. Dan kami yakin bahwa kita semua tentulah telah faham apa yang harus dilakukan seorang perempuan untuk mendapat pengakuan sebagai “Perempuan Tercantik Sedunia”.

Ya.. tuan, harus bersedia “Bertelanjang” dihadapan orang lain. Memperlihatkan aurat.. na’uzubillah.

Banyak tanggapan yang berdatangan dari orang Minangkabau perihal perkara ini. Salah satunya ialah orang tua kita, Inyiak Muchtar Naim, seorang budayawan, akademisi, dan orang tua yang dalam pandangan kami ialah seorang bijak. Beliau telah menulis sebuah surat yang disampaikan melalui milisnya orang Minang yakni RantauNet. Banyak yang mendukung dan menyokong pendapat beliau ini.

Semoga saja, orang kampung kita yang tengah menjadi “Perempuan Paling Cantik di Republik” ini membacanya. Semoga saja Allah membukakan hatinya kepada kebenaran. Semoga saja Hidayah Allah ta’ala disampaikan jua kepadanya hendaknya.