Saturday, December 14, 2013

Pemurtadan di Minangkabau (Bag.3)

Sumber Gambar: http://hujananjingkucing.blogspot.com/2012/11/akhir-dari-akhir-sejarah-sebuah-review.htmlSumber Gambar:http://hujananjingkucing.blogspot.com/2012/11/akhir-dari-akhir-sejarah-sebuah-review.html
Pada malapetaka yang menimpa Wawah tahun 1999 yang silam, mencuatkan dua nama yakni Pendeta Yanwardi Koto dan Pendeta Willy Amrull. Keduanya secara keturunan ialah Minangkabau namun mereka telah murtad menjadi seorang Kristen. Yanwardi berasal dari Lubuak Basuang Kabupaten Agam sedang Willy berasal dari Maninjau di Kabupaten Agam. Menarik mengenai Pendeta Willy[1] ini, dia merupakan adik satu ayah dari Buya HAMKA.

Menurut beberapa sumber, telah lebih 30 orang pendeta Kristen berasal dari Bekas Minangakabu,[2] telah pula banyak orang Minangkabau yang keluar dari Islam.[3] Dalam melancarkan misi mereka semakin berani, seperti terang-terangan mendatangi seorang Minangkabau dengan maksud mengajaknya untuk pindah agama.

Namun yang paling berbahaya ialah mereka sengaja memakai simbol-simbol Minangkabau dalam melancarkan aksi mereka. Seperti arsitektur rumah bagonjong, marawa, pakaian adat minang (laki-laki mapun perempuan), bahasa, dan lain sebagainya. Kemudian langkah mereka ini didukung dan dilindungi oleh kaum LIBERAL Minangkabau. Kaum Liberal melindungi mereka dengan menyerang Logika berfikir kita "Apakah antara adat & islam itu sama? Apakah bahasa Minang itu ialah bahasa yang boleh dipakai oleh orang Minang Islam saja? Cina di Pondok banyak bahkan lebih fasih berbahasa Minang dibanding kan orang Minang sekarang?

Ada Juga SEPILIS yang memakai "Lagu Lama", mengangkat isu Mayoritas VS Minoritas. begini katanya " Yg sekian persen (saketek non-islam) ketika kini mereka menyatakan dirinya non-islam, lalu kok mayoritas mengeluarkan dia dari Minang? bukankah ini bantuk 'man den' dari urang Minang, mantang2 inyo mayoritas??" Islam mengajarkan manjago kerukunan, bukan kekacauan apolai dalam bantuak man den tahado urang lemah..."

Hm.. tertawa terpingkal-pingkal kami mendengarnya. Tahulah kami kalau SEPILIS yang satu ini sangatlah radikal. Mengatakan orang berjanggut saja yang Fanatik dan Radikal.

Engku dan encik sekalian, banyak orang sekarang yang kurang ajar tak baraso. Ketika datang ke kampung orang "ka gadang-gadangan".  Adat-resam dalam kampung tersebut tak hendak mereka hormati dan hargai. Mereka kata kalau orang kampung tersebut terlalu kolot, sekarang zaman kemajuan, segala adat-resam yang berlaku dalam masyarakat mereka itu menghambat kemajuan karena tidak efektif dan efisien. Sebab banyak membuang waktu, zaman sekarang orang sangatlah sibuk. Payah mencari waktu luang pada masa sekarang, jadi segala adat-resam tersebut mesti di tukar.
http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/69950/ranah-minang-ditengah-cengkeraman-kristenisasi.htmlhttp://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/69950/ranah-minang-ditengah-cengkeraman-kristenisasi.html
Lalu orang kampung marah, mengusir Sumando Kacang Miang tersebut dari kampung mereka. Kamanakan merekapun dituntut untuk menceraikan suaminya atau pergi menghilang dari kampung. Tak boleh balik lagi ke kampung, sebab hati orang sekampung sangatlah tersinggung dengan perkataan dan sikap Congkak-Sombong dari Sumando yang katanya INtTELEK tersebut. Kata orang "Tamatan Universitas Negeri Ternama di Pulau Jawa.."

Lalu kemudian si Sumando marah dan menuntut orang kampung karena telah melanggar hak-haknya sebagai warga negara. Sebagai warga negara dia berhak berada dimana saja di wilayah hukum NKRI ini. Ini ialah hak dan kebebasan ia sebagai warga negara. Dia juga menggunakan dalil-dalil agama "Inikan bumi Allah, sebagai seorang muslim saya berhak berada dimana saja di bumi Allah ini..!!"

Karena orang kampung ini lemah, tak kenal dengan pejabat dan "urang bagak" maka terpaksa dibiarkan saja Sumando Kacang Miang ini Marajolelo di dalam kampung. Coba katakan kepada kami duhai engku dan encik sekalian, beginikah yang engku dan encik kehendaki nantinya menimpa Alam Minangkabau ini.

Kita mesti hormat dan toleran kepada orang lain, namun orang lain tak mesti hormat dan toleran kepada kita. Maju Kena-Mundur Kena. Bercakap salah-diampun salah. Dipukul salah-balik memukulpun salah. Kita bercakap tak didengarkan-orang bercakap kita mesti dengar.

Katakan engku dan encik sekalian, hukum siapakah itu? Hukum darimanakah itu? Pantaskah orang yang menganut pendirian serupa ini kita sambut sebagai dunsanak, dihargai sebagai kawan, atau dimuliakan sebagai tamu. Intelektual atau BINGAkah Urang Awak itu namanya.

Metode lain yang mereka gunakan ialah melalui jalan perkawinan dan pacaran. Metode ini hampir merata dipakai oleh para Kristen Radikal ini. berpura-pura masuk Islam, kemudian selepas punya anak kembali ke Kristen. Kalau pasangan tak hendak maka anak-anak akan diambil. Atau menghamili perempuan Minang, kalau hendak dipertanggung-jawabkan maka harus mengikuti agama Lelaki jahanam itu.

Kemudian ada pula dengan cara meracuni fikiran orang Minangkabau dengan Mazhab SEPILIS[4]. Dimana kebebasan individu dijunjung tinggi, agama ialah urusan pribadi dan tak boleh dicampuri oleh orang lain. Agama juga tak boleh dicampur-baurkan dengan urusan duniawi seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Harus saling menghargai perbedaan, apapun pilihan yang diambil seseorang ialah hak asali yang ada padanya. Dan terakhir, perubahan ialah sesuatu yang pasti untuk mencapai kemajuan. Barang siapa yang tak hendak menerima perubahan maka ia akan tersuruk dalam ke bodohan.

Pemurtadan di Minangkabau (Bag.2)

Sumber Gambar: http://unehunikdananeh.wordpress.com/2010/07/06/mencermati-kelicikan-penginjil-kristen/Sumber Gambar: http://unehunikdananeh.wordpress.com/2010/07/06/mencermati-kelicikan-penginjil-kristen/
Pada tulisan kami yang telah lalu kami bahas secara garis besar perihal pemurtadan (kristenisasi) yang telah lama berlaku di Minangkabau. Sekarang, marilah kita beranjak kepada pembahasan mengenai pemurtadan yang terjadi di Minangkabau ini. berbagai kasus yang terjadi banyak mengemuka di Kota Padang, Pasaman, Payakumbuh dan Lima Puluh Kota. Bagaimana dengan kawasan lainnya di Minangkabau ini? adakah hal yang sama juga berlaku?

Mudah-mudahan saja tidak, sebab cemas kami dikarenakan tidak terdengar kabar menyebabkan kita menjadi lalai mengenai masalah ini. Sebab  Si Penyampai Kabar pada masa sekarang telah banyak dikuasai oleh orang-orang yang mengaku menganut faham “Kebebasan”. Dimana orang bertukar agama bukanlah masalah bagi mereka karena itu merupakan bagian dari HAM. Dan lagi pula menurut pendapat mereka “Agama itu ialah Hak individu, tidak boleh dicampur-baurkan dengan kehidupan bernegara, politik, ekonomi, budaya, sosial, dan kehidupan umum lainnya..” Suatu pendapat yang didasarkan atas Ideologi Liberalisme.

Patut menjadi renungan bagi kita ialah pada masa dahulu – yakni  ketika Gerakan Kaum Muda VS Kaum Tua sedang keras-kerasnya – sekitar tahun 1930-an isu Kristenisasi merebak di Minangkabu. Hal ini rupanya mendatangkan berkah tersendiri dimana kedua golongan yang bertentangan ini. Dimana akhirnya kedua golongan yang semula bertentangan menjadi bersatu-padu dalam menentang usaha pengkafiran ini. Sungguh sangat berlainan keadannya dengan masa sekarang dimana banyak orang Minangakabau yang “mengaku” dan “merasa” terdidik bersikap pongah, congkak, dan angkuh dengan sikap mereka yang merendahkah saudara-saudara mereka yang menentang “Kristenisasi” ini. Karena menganggap kabar tersebut merupakan kabar “dusta”.

Misi Kristen pertama yang berlaku di Sumatera Barat pada masa Penjajahan Belanda, hanya kepada sesama warga Eropa, Nias, Ambon, Batak, Menado, dan Jawa. Ada juga yang mengincar orang-orang Minangkabau yakni orang Minangkabau keturunan (genelogis) yakni beribu Minangkabau sedangkan berayahkan Eropa atau Cina. Biasanya perempuan-perempuan ini merupakan gundik bagi laki-laki kafir tersebut. Namun pada permulaan abad ke-20 misi-misi Kristen mulai dengan serius mengincar orang-orang Cina dan Nias.

Muslihat (modus operandi) yang dijalankan ialah dengan mendekati keluarga-keluarga mereka kemudian membujuk supaya anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh misi. Muslihat lainnya ialah dengan cara memberikan bantuan berupa pelayanan sosial, perawatan anak-anak, dan orang tua terlantar.

Yang paling mengejutkan ialah antara tahun 1937 hingga kekalahan Jepang, beberapa orang Minangkabau telah berhasil di babtis dan aktif dalam beberapa kegiatan gereja. Namun pada perang kemerdekaan, para murtadin ini kembali menjadi muslim.

Titik paling mengejutkan terjadi semenjak tahun 1950 dimana sekelompok pemuda Minangkabau yang telah murtad dan menganut ajaran Kristen di Singapura mengunjungi Padang dan berhasil menarik beberapa orang pemuda Minangkabau untuk ikut murtad mengikuti jejak mereka. Kristenisasi pada sekitar tahun ini semakin gencar dengan diadakannya program transmigrasi oleh Pemerintah Pusat.

Selain itu kasus Kristenisasi yang berlangsung kebanyakan memiliki pola yang sama yakni selain dari memberikan bantuan pendidikan, sosial, dan kesehatan juga yang paling mengena ialah melalui lembaga perkawinan. Dengan berpura-pura memeluk Islam, seorang Kristen kemudian mengkonvert pasangannya untuk murtad. Kasus ini lebih banyak dialami oleh kaum perempuan.[1]

Pada tahun 1982 Minangkabau dihebohkan dengan organisasi yang menamakan dirinya dengan “Persekuatuan Kristen Sumatera Barat” (PKSB) dan “Persekutuan Kristen Minangkabau”. Organisasi ini menggunakan rumah gadang sebagai lambangnya. Semenjak tahun 1980-an ini Misi Kristen meraih banyak prestasi seperti berhasil mengkafirkan beberapa orang penghulu di Minangkabau. Tidak hanya itu, INJIL Berbahasa Minangpun mulai dirilis serta berbagai gereja dengan bentuk rumah biasa mulai banyak didirikan di Sumatera Barat.

Pemurtadan di Minangkabau

 Bagian.1
Sumber Gambar: http://musyafucino.wordpress.com/tag/kristenisasi/Sumber Gambar: http://musyafucino.wordpress.com/tag/kristenisasi/
Kabar perihal pemurtadan (Kristenisasi) yang berlaku di Minangkabau sesungguhnya telah lama terdengar. Namun kebanyakan orang Minangkabau menganggapnya sebagai angin lalu saja, tak hendak memberi perhatian. Kami tak hendak mencemooh orang-orang yang melalaikan kabar ini namun kami mencoba untuk memahami berbagai keadaan orang-orang zaman sekarang. Ada yang terlalu berat beban hidupnya, sehingga untuk memikirkan nasib diri dan keluarga saja sudah tak tanggung susahnya apatah ini memikirkan nasib orang se Alam Minangkabau ini.

Ada pula yang terlalu sibuk dengan terlena dengan pekerjaan atau urusan pribadi sehingga terlupakan akan bahaya sedang menuju ke hadapan Minangkabau. Atau mungkin ada yang telah pasrah saja karena melihat keadaan peri kehidupan orang Minangkabau masa sekarang yang semakin jauh dari agama dan adat. Menegur kamanakan di rumah saja sudah tak bisa apatah ini orang se Alam Minangkabau.

Namun yang terparah ialah orang-orang yang telah jauh dari tuntunan agama dan adat. Merasa diri paling pandai dari sekalian orang Minangkabau ini sehingga cenderung merendahkan saudara sebangsanya. Berfahamkan kebebasan (liberal), tak hendak memikirkan orang banyak “fikirkan saja diri sendiri, untuk apa engku memikirkan orang lain..!!” kata mereka.

Orang-orang serupa ini tak hendak menghiraukan orang lain “Selama orang lain mengerjakan perkara-perkara yang tidak merugikan saya maka tak ada perlunya saya mencampurinya..!!” jawab mereka.

“Agama itu urusan pribadi, tak usah dicampur adukkan dengan ekonomi, politik, pemerintahan, dan kehidupan umum lainnya. Agama itu antara saya dengan Tuhan, engkau tak perlu turut campur perkara saya beragama..!!” kata mereka lagi.

Na’uzubillah..

Semenjak usaha investasi yang hendak dilakukan oleh LIPPO Grup dengan Siloamnya menyeruak di Propinsi Sumatera Barat maka dengan segera mengemuka kembali kabar pemurtadan atau pengkafiran ini kepermukaan. Namun yang membuat kami tak habis fikir ialah rupanya banyak jua orang-orang yang mengaku Minangkabau mendukung kedatangan LIPPO Grup dengan Siloamnya di Kota Padang.

Mereka ialah orang-orang yang menganggap rendah, picik, dan fanatik para penentang Siloam. Bagi mereka, mereka ialah golongan yang tercerahkan[1] . Telah moderen dan luas pergaulan hidupnya, telah lebih maju dan tercerahkan pola fikir mereka. Namun benarkah demikian?

Itu semua masih dapat diperdebatkan duhai engku dan encik sekalian. Sebab konsep mengenai kemajuan itu sendiri mereka tak faham. Hanya membeo tatkala guru[2] mereka bercakap kemajuan dan mereka terima begitu saja karena sangat kagumnya dengan pendirian dan pemikiran sang guru. Bukankah orang yang demikian itulah yang fanatik duhai engku dan encik sekalian?

Sekarang marilah kita kembali ke kabar Kristenisasi, kita ajukan pertanyaan pokok “Benarkah ada Kristenisasi di Sumatera Barat?”

Jawabnya ialah “Ada..”

Kemudian ditanya lagi “Mana buktinya..!?”

Orang yang mengajukan pertanyaan serupa ini biasanya telah habis akalnya serta telah naik darahnya (emosi). Akan kami coba menerangkan kepada engku dan encik sekalian.

Kasus pertama yang berhasil kami ketahui ialah perihal Adik dari Haji Agus Salim yang bernama Abdoel Chalid Salim yang mulanya Islam kemudian menjadi Komunis dan akhirnya menjadi Penginjil. Dia berganti nama menjadi Ignatius Franciscus Michael Salim(sering disingkat: I.F.M. Salim).[3]

http://suara01.wordpress.com/2011/10/25/anak-sd-dimurtadkan-dengan-modus-mobil-pintar/http://suara01.wordpress.com/2011/10/25/anak-sd-dimurtadkan-dengan-modus-mobil-pintar/
Mungkin engku dan encik akan mencemooh kami “Itu bukan Kristenisasi namanya, bukankah murtadin yang satu ini memeluk Kristen tatkala melarikan diri di Eropa!?”

Memang benar demikian engku dan encik sekalian. Namun setidaknya inilah pembuka jalan, pada masa sekarang mungkin belum basirobok (bersua) benang merahnya oleh kita. Sekarang marilah kita lanjut pada yang kedua yakni seorang yang bernama Abdul Wadud Karim Amrullah (AWKA), seorang Minangkabau yang menjadi pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII) di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dia merupakan adik seayah dari Buya Hamka, engku dan encik tentunya terkejut mendengar hal ini.
Orang ini juga dikenal dengan nama Pendeta Willy Amrul dan terlibat dengan kasus Wawah pada tahun 2001 yang lalu. Kalau dilihat dari kisah hidupnya tampaknya ia berusaha menutup-nutupi penyebab murtadnya dari Islam. Sekali lagi metode pernikahan, isteri, dan anak sangat mematikan sekali jika digunakan untuk mengkafirkan seorang muslim. Kepada engku dan encik sekalian berhati-hatilah memilih pasangan, jangan karena mereka mau bertukar agama hanya untuk menikah dengan kita lalu kita langsung menyambutnya. Siapa tahu itu hanyalah tipuan licik mereka.[4]

Kemudian kasus Wawah yang sangat menyedihkan dimana siswi salah satu MAN di Kota Padang ini diculik, diperkosa, dan dibabtis oleh sekelompok penginjil di Kota Padang. Kami harap engku dan encik jangan pernah melupakan kasus ini karena kasus inilah yang menghantarkan kita kepada Yanwardi Koto nantinya.

“Hah.. Cuma segitukah bualan engkau di blog ini..!” cemooh engku kepada kami.

Thursday, December 12, 2013

Fitnahan terhadap Jihad

Sumber Gambar: http://ahyanarif.com/2013/01/13/bahaya-ghibah-dan-fitnah//membongkar-penipuan-bioenergicenter-isinya-fitnahSumber Gambar:http://ahyanarif.com/2013/01/13/bahaya-ghibah-dan-fitnah//membongkar-penipuan-bioenergicenter-isinya-fitnah
Hampir setiap masa dalam bilangan tahun umat Islam selalu terjadi fitnahan terhadap diri umat Islam itu sendiri. Tidak hanya umat Islam yang difitnah bahkan nabi dan agama Islam itu sendiri difitnah oleh orang-orang Munafiq dan Kafir.

“Muhammad itu tukang Sihir..!” fitnah mereka terhadap nabi kita tatkala beliau masih hidup.

Atau selepas kepergian nabi Muhammad dikatakan kalau nabi kita itu memiliki penyakit ayan. Sedangkan pada masa sekarang orang-orang kafir ini memfitnah nabi kita dengan fitnahan “Pedofilia” karena menikahi Siti Aisyah yang masih belia.

Sedangkan kepada agama kita, dikatakan bahwa agama kita merupakan agama sempalan dari agama Yahudi dan Nasrani. Hal ini mengingat karena terdapat beberapa kemiripan antara secuil ajaran Islam dengan ajaran pada kedua agama tersebut.

Yang paling celakanya umat Islampun mengamini dengan mengakui bahwa agama Yahudi, Nasrani, dan Islam merupakan agama monoteisme yang berasal dari satu nenek moyang yakni Ibrahim. Nabi Allah yang satu ini dijuluki oleh Bapak Monoteisme. Ibaratkan tiga bersaudara maka Yahudi si Sulung, Nasrani si Tengah, dan Islam si Bungsu.

Padahal telah disebutkan dalam Al Qur’an bahwa kedua agama tersebut telah diselewengkan oleh para pengikutnya. Arti kata ajaran agama yang mereka amalkan sekarang sudah tidak murni atau asli seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.

Satu hal yang paling mendasar yang selama ini kita abaikan ialah Nabi Ibrahim bukanlah asal-muasal agama kita Islam melainkan langsung bersumber dari Allah. Allah menurunkan wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Tidakkah engku dan encik mengaji ke surau dahulunya..?

Bermental Budak

Gambar: Internet
Gambar: Internet
Bagaimana cara kita bekerja mempengaruhi kesadaran kita, dilain fihak kesadaran kita juga mempengaruhi cara kita bekerja. Kita dapat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu hubungan interaktif antara tangan dan kesadaran. Jadi cara kita “berfikir” terkait erat dengan pekerjaan yang kita lakukan. (Pendapat Karl Marx dalam Jostein Gaarder. Dunia Sophie. Mizan. 2010, Bandung. Hal. 613).

Kutipan dari sebuah buku seri filsafat yang diterbitkan oleh Mizan di atas semakin menggukuhkan pendapat kami atas beberapa orang yang begitu membenci dan menghujat salah satu pendapat kami dalam blog ini. Ini bukan sekadar teori belaka melainkan dapat dibuktikan dalam dunia nyata. Bukti-bukti tersebut dapat kita saksikan kalau kita mau sedikit saja menggunakan akal dan perasaan kita. Sebab untuk melihat dan menangkap suatu fenomena sosial dimana hal tersebut merupakan gambaran (refleksi) dari watak dan tingkat intelektual dari manusia-manusia yang kita amati, memerlukan kehalusan budi dan ketajaman fikiran.

Kalau mengikut teori dari Marx maka kehidupan ini merupakan pertarungan antara dua kekuatan yakni: lemah (budak, orang miskin, pekerja, proletar, warga biasa, dsb) melawan kuat (pengusaha, orang kaya, pemimpin, bangsawan, penguasa, dsb). Dimana kepentingan perut atau uang atau modal atau kapital sangat berpengaruh dalam keduanya.

Begitulah cara orang Minangkabau pada masa sekarang (baik yang di rantau maupun yang menetap di Minangkabau) dalam menyikapi segala persoalan yang terjadi. Salah satunya ialah pertikaian (polemik) yang muncul seputar kedatangan salah seorang investor di propinsi ini.

Bagi para pekerja yang merasa bosan karena rendahnya pendapatan dan stagnannya kehidupan di propinsi ini (serta para pencari kerja yang putus asa karena tidak tersedianya lapangan kerja yang sesuai dengan spesifikasi pendidikan mereka) berpandangan bahwa kedatangan investor ini akan membawa angin baru (penyelamat kehidupan mereka). Perubahan yang seignifikan dalam kehidupan mereka seperti tersedianya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan, serta baiknya taraf hidup masyarakat. Pendapat demikian mengemuka karena mereka melandaskan pemikiran mereka pada sisi praktisnya saja, yakni sisi “materi” berupa kemajuan ekonomi.

Kemudian para pemilik modal (pengusaha lokal) ada yang pecah suara mereka, terdapat segolongan yang menerima dan segolongan lain yang menolak. Bagi yang menerima beranggapan hal ini baik bagi perkembangan ekonomi propinsi ini kedepannya. Setidaknya usaha mereka yang telah ada akan semakin berkembang seiring dengan kedatangan investor ini. Dimana meningkatnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya penghasilan (sebagian kecil) penduduk, serta naiknya taraf hidup (segolongan elit). Hal ini akan berdampak kepada usaha mereka yang bergerak di bidang lain, dimana mereka memanjakan pola hidup konsumtif segelintir orang berpunya di negeri ini.

Serta alasan lainnya ialah karena mereka tidak sanggup untuk bersaing atau merasa kalah atau dizhalimi oleh salah satu atau beberapa pengusaha lokal yang bermodal kuat dan memiliki jaringan luas. Dengan masuknya investor ini diharapkan dapat mengimbangi (kalau dapat mengalahkan) kekuatan dari pengusaha lokal yang semakin menjadi-jadi ini.

Sedangkan bagi yang menolak mereka beranggapan kedatangan investor ini akan merusak keseimbangan serta memberikan ancaman terhadap keberlangsungan mereka. Hal ini karena investor tersebut datang dengan modal yang jauh lebih besar, jaringan yang jauh lebih luas, serta kekuatan yang jauh melampaui mereka.

Bandar yang telah jatuh

Ilustrasi gambar: InternetIlustrasi gambar: Internet
Demo Akbar pada hari Kamis tanggal 24 Muharam 1435 H / 28 November 2013 rupanya memberikan dampak yang beragam. Umat Islam dari berbagai golongan, latar belakang, tempat asal serta tempat tinggal (domisili), berdatangan ke Padang. Tujuan mereka hanya satu yakni menolak kehadiran Pengusaha Nasrani yang juga seorang penginjil ini.

Kemungkinan sebagian dari mereka tidak mengetahui atau memahami dengan baik perihal akar permasalahan yang sedang diperselisihkan. Hanya sebagian yang tahu siapa itu JTR, apa itu Siloam, seperti apa Kristenisasi yang terjadi di Sumatera Barat dan Ranah Minang, apa keterkaitan antara JTR-Siloam-LIPPO Grup-Kristen Evangelis-Jaringan Bisnis para Taipan-Penguasaan Media, dan lain sebagainya.

Namun bukan berarti sebagian dari pengunjuk rasa ini hanya ikut-ikutan saja. Tidak engku dan encik sekalian. Mungkin engku dan encik yang berfaham SEPILIS berpandangan bahwa mereka adalah korban propaganda Kaum Fanatik. Sekarang kami coba bertanya “Siapakah selama ini yang menguasai media dan berusaha mengendalikan dan menyesatkan Opini Publik!?”

Nenek Mujahid Sumber: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/1435931483286686/?notif_t=group_comment_replyNenek Mujahid 
Sumber: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/1435931483286686/?notif_t=group_comment_reply
Terdapat getaran halus dalam hati setiap muslim yang akan bereaksi apabila mereka merasakan ancaman terhadap agama, adat, dan tanah leluhur mereka. Semangat jihad akan langsung berkobar, Si Lemah akan menjadi Kuat, Si Pandir akan menjadi Pandai, orang tua renta akan menjadi muda kembali. Seperti kisah yang dituturkan oleh salah seorang satgas demo. Dimana engku ini mengisahkan perihal seorang nenek-nenek yang datang dikawani cucu beliau untuk ikut serta berdemo. Walau sudah ditegah karena panitia khawatir dengan kesehatan serta keselamatan Sang Nenek, namun beliau bersikeras "Disisa umur nenek ini...inilah yang dapat nenek sedekahkan untuk agama kita..." ujar Sang Nenek..

Subhanallah..

Satu hal yang kami takutkan ialah tatkala kami menyadari bahwa kami benar akan beberapa perkiraan (prediksi) mengenai sesuatu hal. Sebut saja bahwa kami telah mengira mengenai sikap dan pandangan orang-orang pada suatu Bandar utama di Minangkabau. Ada beberapa perkiraan kami mengenai mereka ini:

Demo Kamis, 24 Muharam 1435

Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/
Pagi hari ini di jalan tatkala kami hendak berangkat ke sawah, bersua kami dengan kawan senasib kami Si Engku Sutan Pamenan. Tampak bersemangat sekali dia pagi ini, embun pagi masih menyelimuti kampung kami. Kamipun menyapa dengan semangat pula“Assalamu’alaikum engku, sungguh berseri-seri sekali wajah engku pagi ini..”

Sutan Pamenan yang kami sapapun menjawab dengan riangnya “Ah, tak juga. Kami baru saja mendapat kabar dari kamanakan kami yang di Padang. Kamis 24 Muharam yang dahulu dia bersama beberapa orang kawan-kawannya pergi berdemo guna menunjukkan penolakan mereka terhadap rumah sakit orang nasrani itu. Sungguh senang hati ini mendengarnya, kami katakan kepada kakak kami: Kalau perkara demikian tak apalah Si Buyuang dibiarkan berdemo kak, sama dengan berjihadi itu..”

Kamipun telah mendengar perkara demikian, salah seorang kakak kami yang tinggal Padang telah jauh-jauh hari mengabari kami. Hendak ikut berdemo katanya, kami cukup khawatir mendengarnya. Namun setelah mendapat keterangan dari sumando kami, maka berkuranglah rasa cemas itu. Namun tetap saja rusuh tak hendak pergi dari hati yang lemah ini, berandai-andai kami dibuatnya “Seandainya ada orang yang menyusup ke dalam kelompok kakak kami itu, seandainya ada permainan intelejen, seandainya orang kafir itu tidak tinggal diam dan mengerahkan massa tandingan..” serta andai-andai yang lain.

Alhamdulillah segala prasangka buruk kami itu tidak terjadi, syukurlah hanya bisikan syetan saja.

Kecemasan  kami yang lain ialah kejadian Demo Akbar di Padang itu tidak dimuat oleh media. Karena yang ditentang ialah salah satu orang terkaya di republik ini, memiliki banyak kenalan di tingkat elit, serta memiliki jaringan yang luas dalam tubuh media. Maka kabar perihal demo akbar tersebut sangat susah sampainya kepada kami yang di kampung ini.

Kata Si Panjul anak jiran kami "Ada keluar Tuanku, di bahas orang di Fesbuk dan beberapa situs berita online.." Namun karena kami bukan termasuk peminat, maka kami tak tahu kalau di fesbuk dan situs berita online sudah dibahas oleh orang. Manalah ada kami orang kampung ini pergi ke warnet atau memiliki gadget yang dapat meakses internet setiap saat.

Berkisar Sempadan Hitam dengan Putih

Gambar: http://cetusanminda.wordpress.com/2010/02/14/Gambar: http://cetusanminda.wordpress.com/2010/02/14/
Semenjak beberapa pekan yang lalu Sumatera Barat dibuat rusuh oleh beberapa orang yang mengaku sebagai utusan rakyat pada salah satu bandar di propinsi ini. Mereka yang katanya wakil hasil dari pilihan rakyat hampir lima tahun yang lalu membuat rusuh. Apakah itu gerangan?

Yakni memberi izin kepada Misi Zendig Nasrani untuk masuk ke salah satu bandar utama di Sumatera Barat dengan dalih untuk memajukan kehidupan perekonomian di bandar tersebut. Entah apa yang ada difikiran orang-orang yang mengaku sebagai orang Minangkabau yang beragama Islam tersebut. Namun orang-orang laknat ini tidak sendiri, jauh-jauh hari telah banyak orang yang mengaku beretniskan Minangkabau dan beragamakan Islam mati-matian membela para “penjajah” ini “Demi memajukan bandar yang kita cintai ini..” rayu mereka.

Sutan Malenggang termasuk diantara orang-orang yang menyetujui kedatangan para “penjajah” ini. Dia bersama beberapa orang kawan-kawannya mati-matian membuat berbagai tulisan di surat kabar dan internet, mengadakan berbagai macam pertemuan, berkampanye melalui jejaring sosial, serta menjalin berbagai macam bentuk komunikasi dengan berbagai kalangan. Hanya untuk mewujudkan “kemajuan” untuk bandar yang sangat dicintainya ini.

Beberapa orang geleng-geleng kepala melihatnya “Masihkah ia shalat ke surau?” tanya orang

“Bagitulah kalau nikmat dunia sudah terasa, yang ada dikepalanya hanyalah uang..uang..dan uang. Tak ada cukup-cukup baginya, padahal harta telah melimpah serupa itu..” sergah yang lain

“Bagi orang-orang serupa itu, kemajuan itu ialah apabila banyak gedung bertingkat di bandar kita ini, lapang dan besar jalan rayanya, banyak mobil-mobil mewah, bertaburan berbagai macam rupa mall, banyak terdapat kafe, salon, pub yang beroperasi hingga jauh malam, serta banyak berselisih dengan kita para perempuan dengan pakaian sempit, bentuk tubuh yang sintal nan semok, dan wajah berbedak serta merah merona, tubuh yang disemprot parfum mahal, sepatu hak tinggi, stoking, dan lain sebagainya..” kata engku yang lain.

Kami hanya mendengarkannya saja lagi. Bandar ini memanglah belum sebesar dan seramai bandar-bandar lain seperti yang terdapat di propinsi jiran. Namun kehidupan liberal dan hedonis sudah sangat terasa di bandar ini. Jenis-jenis orang dan bentuk kehidupan serupa yang disebutkan salah seorang engku tersebut memang sudah terjadi di bandar ini.

Beberapa masa yang silam ketahuan oleh orang perihal “Penari Telanjang” yang beroperasi pada salah satu tempat hiburan malam di bandar ini. Entah bagaimana kelanjutan proses hukumnya. Telah senyap dan tak terdengar lagi kabar beritanya.

Pernah jua terdengar oleh kami perihal beberapa orang Lonte yang beroperasi di bandar ini. Tatkala diselidiki oleh orang-orang, rupanya bukan pula perempuan Minangkabau (syukurlah..). Menurut pengakuan mereka, mereka berasal dari pulau seberang. Tatkala ditanya “kenapa sampai beroperasi di bandar ini..?”

Dijawap oleh para Lonte ini “Karena di tempat kami sudah sangat susah mencari pelanggan engku..” artinya pasar perzinahan di propinsi ini sangat menjanjikan bagi para Lonte ini. Na’uzubillah..

Tampaknya Sutan Malenggeng dan kawan-kawan mengetahui perihal ini. Sebab beberapa kawasan di bandar ini memang sudah sangat terkenal sebagai pusat perlontean. Bahkan ada yang terang-terangan mengusulkan agar dibuat saja “Lokalisasi” serupa dengan bandar lain di propinsi lain. Kalaulah memang jadi juga dibuat tempat “Perlontean” serupa itu maka hendak diletakkan dimana muka kita orang Minangkabau yang selama ini membanggakan falsafah “Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah

Telah banyak orang yang mengingatkan kepada Sutan Malenggang “Orang yang engkau puja-puja itu ialah orang kafir yang selama ini giat menyebarkan agamanya dimana-mana di republik ini. Cobalah tengok di Palembang, dahulu katanya takkan pernah dibangun gereja di dalam kawasan rumah sakitnya. Namun akhirnya dibangun jua..”

Sutan Malenggang tak hendak mendengar dan menghiraukan. Baginya, ini semua demi kemajuan Sumatera Barat. Dengan Pongahnya Sutan Malenggang berujar “Tengoklah propinsi kita, tertinggal dari propinsi lainnya di Pulau Sumatera ini! Coba pula engku-engku inap-inapkan; kenapa listrik sering padam di propinsi kita? Padahal terdapat tiga buah pembangkit listrik di propinsi ini?! Coba pula hisab-hisab diri serta anak-kamanakan kita, telah berapa orang tenaga keja potensial Minangkabau yang pergi merantau dan tak pulang-pulang lagi. Padahal mereka semua ialah orang-orang cerdik dan pintar. Alangkah bagusnya jika orang-orang seperti mereka membangun kampung halaman, bukan kampung orang yang dibangunnya serupa keadaan sekarang ini..!”