Thursday, December 12, 2013

Demo Kamis, 24 Muharam 1435

Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/
Pagi hari ini di jalan tatkala kami hendak berangkat ke sawah, bersua kami dengan kawan senasib kami Si Engku Sutan Pamenan. Tampak bersemangat sekali dia pagi ini, embun pagi masih menyelimuti kampung kami. Kamipun menyapa dengan semangat pula“Assalamu’alaikum engku, sungguh berseri-seri sekali wajah engku pagi ini..”

Sutan Pamenan yang kami sapapun menjawab dengan riangnya “Ah, tak juga. Kami baru saja mendapat kabar dari kamanakan kami yang di Padang. Kamis 24 Muharam yang dahulu dia bersama beberapa orang kawan-kawannya pergi berdemo guna menunjukkan penolakan mereka terhadap rumah sakit orang nasrani itu. Sungguh senang hati ini mendengarnya, kami katakan kepada kakak kami: Kalau perkara demikian tak apalah Si Buyuang dibiarkan berdemo kak, sama dengan berjihadi itu..”

Kamipun telah mendengar perkara demikian, salah seorang kakak kami yang tinggal Padang telah jauh-jauh hari mengabari kami. Hendak ikut berdemo katanya, kami cukup khawatir mendengarnya. Namun setelah mendapat keterangan dari sumando kami, maka berkuranglah rasa cemas itu. Namun tetap saja rusuh tak hendak pergi dari hati yang lemah ini, berandai-andai kami dibuatnya “Seandainya ada orang yang menyusup ke dalam kelompok kakak kami itu, seandainya ada permainan intelejen, seandainya orang kafir itu tidak tinggal diam dan mengerahkan massa tandingan..” serta andai-andai yang lain.

Alhamdulillah segala prasangka buruk kami itu tidak terjadi, syukurlah hanya bisikan syetan saja.

Kecemasan  kami yang lain ialah kejadian Demo Akbar di Padang itu tidak dimuat oleh media. Karena yang ditentang ialah salah satu orang terkaya di republik ini, memiliki banyak kenalan di tingkat elit, serta memiliki jaringan yang luas dalam tubuh media. Maka kabar perihal demo akbar tersebut sangat susah sampainya kepada kami yang di kampung ini.

Kata Si Panjul anak jiran kami "Ada keluar Tuanku, di bahas orang di Fesbuk dan beberapa situs berita online.." Namun karena kami bukan termasuk peminat, maka kami tak tahu kalau di fesbuk dan situs berita online sudah dibahas oleh orang. Manalah ada kami orang kampung ini pergi ke warnet atau memiliki gadget yang dapat meakses internet setiap saat.


“Lalu bagaimana kabarnya jalan Demo Akbar itu engku..?” tanya kami penasaran kepada Sutan Pamenan
Dengan senyum mengambang Sutan Pamenan menjawab “Alhamdulillah berjalan aman dan lancar. Banyak pula perantau yang pulang hanya untuk berdemo bahkan dari Luhak Agam pun ada. Sungguh ada hikmahnya jua, kita orang Minangkabau dipersatukan dalam hal ini. Walau ada jua sekelompok Kaum Munafik yang mengaku orang Minangkabau yang mencemooh aksi saudara-saudara kita Kamis yang silam itu..”

“Kamipun mendengar demikian engku, sungguh berlainan keadaannya dengan dahulu. Dahulu tatkala isu Kristenisasi menyeruak di masa tahun 1920-30an – dimana Belanda masih berkuasa ketika itu – sekalian orang Minangkabau dari segala lapisan dan golongan (Golongan Adat, Golongan Agama, Golongan Tua, dan Golongan Muda) bersatu padu menentang misi zendig ini. Namun keadaan berlainan berlaku sekarang agaknya, telah benar-benar banyak orang Minangkabau yang beralih akidah rupanya engku..” jawab kami sedih..

“Tahukah engku yang lebih sedih lagi…?” tanya Sutan Pamenan

“Apa itu gerangan engku..?” tanya kami balik penasaran

Sambil tersenyum jenaka Sutan Pamenan berbisik kepada kami, padahal pagi itu tak ada siapa-siapa di pematang sawah, hanya kami berdua saja “Engku Haji yang rajin menghujat dan mengata-ngatai adat kita jahiliyah  dan bertentangan dengan Hukum Syari’at tak bersuara sedikit jua perihal perkara ini. Entah apa yang terjadi. Atau jangan-jangan benar agaknya kalau Engku Haji ini sebenarnya ialah Agen Zionis yang bertugas mengadu-domba kita umat Islam..?”

“Astagfirullah.. hati-hati kalau bercakap engku. Dapat jatuh kepada fitnah, siapa tahu Engku Haji itu sedang sakit atau sedang sibuk dengan sesuatu urusan sehingga terlupakan baginya memikirkan masalah umat ini..” seru kami cemas..

Sutan Pamenanpun mulai beranjak dengan enggan “Ya.. mudah-mudahan saja serupa dengan sangkaan engku itu hendaknya. Daripada sangkaan kami yang benar, sungguh ther..lha..lhu..”

Kami hanya tertawa saja medengarnya, sambil tertawa-tawa kami beruda berjalan beriringian di atas pematang sawah yang kian hari kian mengecil saja. Padahal dahulu tatkala masih kanak-kanak kami dapat bermain kereta[1] di atas pematang sawah ini.


[1] sepeda

No comments:

Post a Comment