Hampir
setiap masa dalam bilangan tahun umat Islam selalu terjadi fitnahan
terhadap diri umat Islam itu sendiri. Tidak hanya umat Islam yang
difitnah bahkan nabi dan agama Islam itu sendiri difitnah oleh
orang-orang Munafiq dan Kafir.
“Muhammad itu tukang Sihir..!” fitnah mereka terhadap nabi kita tatkala beliau masih hidup.
Atau
selepas kepergian nabi Muhammad dikatakan kalau nabi kita itu memiliki
penyakit ayan. Sedangkan pada masa sekarang orang-orang kafir ini
memfitnah nabi kita dengan fitnahan “Pedofilia” karena menikahi Siti
Aisyah yang masih belia.
Sedangkan kepada agama kita, dikatakan
bahwa agama kita merupakan agama sempalan dari agama Yahudi dan Nasrani.
Hal ini mengingat karena terdapat beberapa kemiripan antara secuil
ajaran Islam dengan ajaran pada kedua agama tersebut.
Yang paling
celakanya umat Islampun mengamini dengan mengakui bahwa agama Yahudi,
Nasrani, dan Islam merupakan agama monoteisme yang berasal dari satu
nenek moyang yakni Ibrahim. Nabi Allah yang satu ini dijuluki oleh Bapak
Monoteisme. Ibaratkan tiga bersaudara maka Yahudi si Sulung, Nasrani si
Tengah, dan Islam si Bungsu.
Padahal telah disebutkan dalam Al
Qur’an bahwa kedua agama tersebut telah diselewengkan oleh para
pengikutnya. Arti kata ajaran agama yang mereka amalkan sekarang sudah
tidak murni atau asli seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi
Isa.
Satu hal yang paling mendasar yang selama ini kita abaikan
ialah Nabi Ibrahim bukanlah asal-muasal agama kita Islam melainkan
langsung bersumber dari Allah. Allah menurunkan wahyu melalui
perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Tidakkah engku dan
encik mengaji ke surau dahulunya..?
Kemudian
umat Islam yang pergi berjihad di medan perangpun dikatakan sebagai
teroris atau menyebarkan Islam dengan pedang. Sungguh keji mereka itu..
Dan
sekarang kita umat Islam di Minangkabau menghadapi fitnahan pula.
Mereka kata bahwa perjuangan kita ini merupakan konspirasi dari salah
satu pengusaha di Sumatera Barat. Bahwa saudara-saudara kita yang pergi
berdemo ialah orang-orang upahan karena sebungkus nasi. Sungguh keji dan
licik fitnahan mereka itu.
Telah banyak kesaksian perihal demo
Kamis 24 Muharam yang silam. Bahkan salah seorang pendemo
menghitung-hitung antara pendapatannya sehari bekerja di rantau ditambah
dengan biaya perjalan bolak-balik ke Padang serta belanja selama di
Padang ialah di atas dua juta dalam sehari. Sedangkan dia tidak mendapat
apa-apa, tak ada upah sama sekali yang diterima.
Sebungkus nasi, ini sungguh licik. Apakah karena engku-engku yang pergi baralek di kampung disuguhi sejamba nasi ketika acara berlangsung maka dikatakan bahwa engku-engku itu pergi baralek karena mengharapkan makan lamak?
Apakah
karena soerang mubalig pergi memberikan ceramah ke surau-surau lalu
diberi uang sebagai tanda basa-basi maka dikatakan bahwa mubalig itu
pergi berdakwah karena mengharapkan uang?[1]
Apakah karena engku-engku dalam bergotong-royong di kampung mendapatkan
suguhan makan tengah hari dari amai-amai di kampung tersebut maka
dikatakan kalau engku-engku tersebut pergi bergotong-royong karena
mengharapkan makan tengah hari? Tidak Ikhlas?
Manalah mungkin
sampai hati kita melepas itik dunsanak-dunsanak kita itu. Tak diberi
minum dipanasnya hari, tak diberi makan selepas penat berjalan.
Dimanakah basa-basi itu?
Dan hal ini betul-betul dimanfaatkan oleh Kaum Munafiqun Sang Ahli Fitnah…
Na’uzubillah..
[1]
Walau banyak mubalik-mubalig agama Islam pada masa sekarang berperilaku
demikian (mengharapkan imbalan) bukan berarti begitulah semestinya
tabi’at para mubalig penyiar Islam. Hal tersebut sama sekali tidak
dibenarkan dalam Islam. Mubalig-mubalig serupa itu mesti dihentikan
kalau tak dapat dibasmi karena dapat merusak cintra dari agama Islam itu
sendiri dihadapan penganutnya.
No comments:
Post a Comment