Sunday, September 11, 2016

Syahwat Politik nan Besar

Disalin dari fesbuk seorang kawan:
SILENCE MODUS OPERANDI
by Zeng Wei Jian

"In politics, it's what isn't said that matters",[1] kata K.J. Parker. Saya kira, ini adagium paling tepat sebagai metoda menilai Ahok, seorang politisi mencla-mencle (tiada dapat dipercaya)
Tidak penting apa yang dikatakan Ahok. Justru sesuatu yang tidak pernah dia katakan itulah yang mesti diperhatikan.[2] Kesimpulan ini berasal dari setumpuk fakta perilaku verbal Ahok.
Pada suatu ketika, Ahok bilang hendak ikut mencalonkan diri menjadi Gubernur melalui jalur independen. Kemudian dia malah rangkul-rangkulan dengan Setnov, politisi bermasalah yang dibully abis-abisan oleh Ahoker.

Di sela-sela perkimpoian Ahok-Golkar-Nasdem-Hanura, Ahok sering berkata dia kaga gila jabatan. Di kesempatan lain, dia bilang ingin jadi presiden.
Sebelum kita lupa, sebaiknya kita kembali kepada adagium K.J. Parker; "it's what isn't said that matters". Yang tidak dikatakan tapi bisa disaksikan adalah Ahok ambisius. Libido kekuasaan dan life style selebritasnya sangat besar. Masuk kategori "super."
Contoh lain di soal penggusuran.
Propaganda Ahok dan tim spin doctors-nya bilang penggusuran itu baik. Mereka gunakan istilah "relokasi". Ini prosedur menertibkan dan menata kota. Agar Jakarta jadi indah, tidak kumuh, punya fasilitas umum dan taman terbuka hijau. Itu kata mereka. Kata haters, "that's bullshit".
Yang tidak mereka katakan adalah siapa yang paling diuntungkan secara finansial dari aktifitas gusur-menggusur itu.
Bila diperhatikan lebih seksama, di sekitar sejumlah titik penggusuran ada apartemen dan pertokoan milik developer property tertentu. Imbas dari penggusuran, yang dikemas dengan kata "penertiban" dan "penataan", adalah naiknya nilai jual dan harga pasar lokasi tersebut.
Pihak Ahok tidak membeberkan mau dibikin apa bekas Kampung Aquarium seluas 4 hektar di Pasar Ikan. Desas-desus bilang akan dibikin plasa.
Itu lokasi pinggir laut. Ada kapal logistik dan perahu nelayan. Air bergelombang elok ditiup angin laut. View-nya bagus bila dilihat dari tower apartemen yang berdiri pongah di belakang Kampung Luar Batang.
Bila plasa atau taman itu rampung, otomatis nilai jual harga apartemen itu akan naik. Begitu juga dengan bakal property Pulau G.
Modus serupa berlaku di penggusuran Kalijodoh. Area seluas lima hektar memanjang ini sangat baik dijadikan akses menuju pulau reklamasi. Sisi kanannya akan dibikin taman terbuka hijau. Dua motif ini merupakan variabel mendongkrak harga jual property di pulau reklamasi. Sekali pun harus dibayar inden dengan harga nasib 6027 Kepala Keluarga warga Kalijodoh.
Penggusuran Kampung Pulo disupport oleh makelar-makelar tanah lokal di sekitar titik penggusuran. Pasca penggusuran, harga pasar tanah di sana cenderung naik. Tidak heran bila para gembong makelar tanah menghasut dan melancarkan aksi adu domba antar warga. Kelompok anti penggusuran difitnah dan jadi sasaran black campaign. Bahkan Ahok sendiri ikut mendeskreditkan mereka sebagai "pelestari kemiskinan".
Padahal Ahok sukses bikin bangkrut ribuan korban penggusuran akibat kehilangan sumber usaha. Hingga BPS merilis laporan resmi bahwa jumlah orang miskin di Jakarta bertambah sepanjang tahun 2015. Tidak lama setelah Ahok berkuasa.
THE END
_________________________
Catatan Kaki:
[1] Dalam Politik, apa yang tidak ia katakan itulah nan penting
[2] Sama dengan seorang pesulap, yang perlu diperhatiakan bukanlah tangannya yang sedang ia tunjukkan sebab tangan itu merupakan pengalih perhatian dari tangan yang satu lagi. Karena tangan yang satu itulah pertunjukan sebenarnya.

No comments:

Post a Comment