![]() |
Ilustrasi Gambar: Internet |
Valentine,
sungguh suatu kata yang sangat romantis sekali bagi sebagian dari kita.
Cinta kawan, cinta.. sungguh suatu kesempatan (moment) yang sangat baik
sekali bagi sepasang kekasih untuk mengungkapkan betapa besar rasa
sayang mereka kepada pasangannya. Menurut adat kebiasaan yang berlaku
bagi penganutnya, Valentine dilambangkan dengan “coklat”. Coklat
merupakan hadiah spesial sebagai pernyataan betapa besar cinta dan kasih
di antara mereka berdua.
Namun rupanya hadiah coklat tidak hanya
diberikan oleh sang kekasih kepada tambatan hatinya. Melainkan juga
dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagai pertanda betapa
besar cinta dan kasih mereka kepada sang buah hati. Entah di Indonesia
saja atau memang di negeri asalnya memang lazim orangtua memberikan
hadiah coklat kepada anak-anaknya. Entahlah kawan, kami tak begitu faham,
maklumlah orang udik.
Valentine atau Hari Kasih Sayang dirayakan setiap tanggal 14 Februari menurut penanggalan masehi.
Kisahnya cukup panjang, namun intinya ialah perjuangan untuk menyatukan
dua insan yang sedang dimabuk cinta. Dimana salah seorang Paderi
(pendeta) dimasa Kekaisaran Romawi harus menanggung hukuman mati sebagai
akibat kebijakannya yang menentang penguasa. Sungguh kisah yang sangat
sedih, terpuji, dan menyentuh hati bagi sepasang bujang dan gadis yang
sedang dilanda cinta. Hati muda mereka akan tersentuh, jiwa muda mereka
yang masih labil akan merana mendengar kisah serupa ini.
Perayaan Hari Kasih Sayang ini telah menyebar ke berbagai pelosok bumi ini. Berawal dari negeri asalnya
di daratan Eropa, perayaan ini menyebar dengan cepat seiring dengan
semakin kokoh dan kuatnya hegemoni Bangsa Barat atas Bangsa Timur. Orang
Timur yang bermental lemah, tidak memiliki kepercayaan diri, dan telah
menjadi orang kalah menerima mentah-mentah kebiasaan ini. Tanpa melalui
usul-periksa terlebih dahulu.
![]() |
Ilustrasi Gambar: Internet |
Di republik ini, kebiasaan tersebut
telah berlangsung lama. Tatkala kami masih kanak-kanak, kebiasaan
tersebut telah dijalani orang jua (kami ketahui melalui salah satu novel
remaja yang sangat populer masa itu-th 1990-an). Awalnya kami mengira
perkara hari Valentine dengan coklatnya yang sangat romantis ini ialah
perkara biasa, sangat keren, dan gaul. Namun setelah kami beranjak dewasa, bertambah jua cingkunek (isi kepala) kami, maka kamipun mulai faham. Kebiasaan ini ialah bertentangan dengan agama dan adat di negeri kita.
Namun
kawan, sungguh sangat sayang, sebab tampaknya hanya kami dan beberapa
orang anak muda di negeri ini saja yang faham. Bagi kawan-kawan yang
sedang dimabuk cinta, dimana masing-masing mereka memiliki pamole (pacar), perkara tersebut ialah biasa, wajar, dan patut untuk dirayakan. Basipakak banak (emang gue pikirin) begitulah kira-kira kata mereka.
Awalnya kami sekedar mengikuti anjuran dan larangan dalam merayakan Hari Valentine ini. Namun Alhamdulillah berkat rahmat Allah, karena
otak kami terus bekerja dengan baik maka kamipun berusaha mencari tahu
perkara awal mula kenapa orang sampai merayakan tanggal 14 Februari ini.
Setelah kami dapati, maka semakin kuatlah hati ini dalam menolak
perayaan ini.
Namun ada beberapa orang yang mengaku beragama
Islam, dimana mereka merasa merekalah orang Islam yang "Telah Tercerahkan," yang telah maju pemikiran mereka. Mereka beranggapan bahwa
merayakan perayaan Valentine ini ialah baik. Sebaliknya mereka mencemooh
orang-orang Islam yang melarang saudaranya seiman untuk merayakan hari
tersebut. Bagi mereka pendirian semacam itu ialah pendirian orang
pandir, radikal, dan fundamentalis. Orang-orang yang tidak menghargai
dan menghormati perbedaan. Begitulah kira-kira.
Mendapati perkara yang demikian, kami hanya tersenyum diam. Kenapa kawan?
![]() |
Ilustrasi Gambar: Internet |
Karena
kami pernah mendengar suatu ucapan yang keluar dari orang-orang yang
mengaku telah tercerahkan ini. Kata-kata tersebut dilontarkan tatkala
banyak orang mengkritik pendapat mereka mengenai suatu perkara dalam
kehidupan beragama dan bernegara. Begini kira-kira bunyinya “Saudara-saudara..
cobalah kalian tengok taman. Menurut kalian, indahkah taman itu apabila
diisi oleh bunga-bunga yang sama warna, jenis, dan ukurannya? Tentunya
tidak bukan? Begitu pulalah dalam berpendapat dan mengemukakan fikiran.
Perbedaan dalam berpendapat, dalam berpendirian, dan berkayakinan ialah
biasa. Kita harus saling menghormati dengan orang-orang yang berbeda
dengan kita. Sebab masing-masing orang memiliki fikiran dan pendirian
yang berbeda-beda perihal sesuatu hal. Sangatlah picik kita jika kita
memaksakan pendapat kita yang kita rasa benar kepada orang lain. Itulah
tanda orang taklid, fanatik, dan radikal..”
Maka
tatkala kami mendengar dan membaca tanggapan mereka terhadap anjuran
dan larangan untuk merayakan Hari Valentine ini. Kami hanya dapat
tersenyum kembali. Benar kata salah seorang kawan kami “Orang-orang
serupa ini ialah Kaum Abdullah bin Ubay, orang Munafik, atau bahkan
hamba-hamba dari Dajjal. Entahlah.. wallahualam.. semoga Allah Ta’ala
menjauhkan dan menjaga diri kita dari orang-orang serupa mereka..”
Kawan,
jika kita ingin dihormati oleh orang maka kita harus lebih dahulu
menghormati orang lain. Jangan bertindak semau kita (nan kalamak di ati
se..) seperti petaruh kami orang Minangkabau “Lamak di awak, katuju di urang..”
Siapakah
sebenarnya di antara kita yang tidak pandai menghormati dan menghargai
orang lain yang berbeda pendapat dengan kita tuan..? Siapa diantara kita
yang munafik kawan..?
No comments:
Post a Comment