Saturday, February 16, 2013

Open you'r mind..



Ilustrasi Gambar: Internet
Valentine, sungguh suatu kata yang sangat romantis sekali bagi sebagian dari kita. Cinta kawan, cinta.. sungguh suatu kesempatan (moment) yang sangat baik sekali bagi sepasang kekasih untuk mengungkapkan betapa besar rasa sayang mereka kepada pasangannya. Menurut adat kebiasaan yang berlaku bagi penganutnya, Valentine dilambangkan dengan “coklat”. Coklat merupakan hadiah spesial sebagai pernyataan betapa besar cinta dan kasih di antara mereka berdua.

Namun rupanya hadiah coklat tidak hanya diberikan oleh sang kekasih kepada tambatan hatinya. Melainkan juga dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagai pertanda betapa besar cinta dan kasih mereka kepada sang buah hati. Entah di Indonesia saja atau memang di negeri asalnya memang lazim orangtua memberikan hadiah coklat kepada anak-anaknya. Entahlah kawan, kami tak begitu faham, maklumlah orang udik.

Valentine atau Hari Kasih Sayang dirayakan setiap tanggal 14 Februari menurut penanggalan masehi. Kisahnya cukup panjang, namun intinya ialah perjuangan untuk menyatukan dua insan yang sedang dimabuk cinta. Dimana salah seorang Paderi (pendeta) dimasa Kekaisaran Romawi harus menanggung hukuman mati sebagai akibat kebijakannya yang menentang penguasa. Sungguh kisah yang sangat sedih, terpuji, dan menyentuh hati bagi sepasang bujang dan gadis yang sedang dilanda cinta. Hati muda mereka akan tersentuh, jiwa muda mereka yang masih labil akan merana mendengar kisah serupa ini.

Perayaan Hari Kasih Sayang ini telah menyebar ke berbagai pelosok bumi ini. Berawal dari negeri asalnya di daratan Eropa, perayaan ini menyebar dengan cepat seiring dengan semakin kokoh dan kuatnya hegemoni Bangsa Barat atas Bangsa Timur. Orang Timur yang bermental lemah, tidak memiliki kepercayaan diri, dan telah menjadi orang kalah menerima mentah-mentah kebiasaan ini. Tanpa melalui usul-periksa terlebih dahulu.


Ilustrasi Gambar: Internet
Di republik ini, kebiasaan tersebut telah berlangsung lama. Tatkala kami masih kanak-kanak, kebiasaan tersebut telah dijalani orang jua (kami ketahui melalui salah satu novel remaja yang sangat populer masa itu-th 1990-an). Awalnya kami mengira perkara hari Valentine dengan coklatnya yang sangat romantis ini ialah perkara biasa, sangat keren, dan gaul. Namun setelah kami beranjak dewasa, bertambah jua cingkunek (isi kepala) kami, maka kamipun mulai faham. Kebiasaan ini ialah bertentangan dengan agama dan adat di negeri kita.

Namun kawan, sungguh sangat sayang, sebab tampaknya hanya kami dan beberapa orang anak muda di negeri ini saja yang faham. Bagi kawan-kawan yang sedang dimabuk cinta, dimana masing-masing mereka memiliki pamole (pacar), perkara tersebut ialah biasa, wajar, dan patut untuk dirayakan. Basipakak banak (emang gue pikirin) begitulah kira-kira kata mereka.

Awalnya kami sekedar mengikuti anjuran dan larangan dalam merayakan Hari Valentine ini. Namun Alhamdulillah berkat rahmat Allah, karena otak kami terus bekerja dengan baik maka kamipun berusaha mencari tahu perkara awal mula kenapa orang sampai merayakan tanggal 14 Februari ini. Setelah kami dapati, maka semakin kuatlah hati ini dalam menolak perayaan ini.

Namun ada beberapa orang yang mengaku beragama Islam, dimana mereka merasa merekalah orang Islam yang "Telah Tercerahkan," yang telah maju pemikiran mereka. Mereka beranggapan bahwa merayakan perayaan Valentine ini ialah baik. Sebaliknya mereka mencemooh orang-orang Islam yang melarang saudaranya seiman untuk merayakan hari tersebut. Bagi mereka pendirian semacam itu ialah pendirian orang pandir, radikal, dan fundamentalis. Orang-orang yang tidak menghargai dan menghormati perbedaan. Begitulah kira-kira.

Mendapati perkara yang demikian, kami hanya tersenyum diam. Kenapa kawan?

Ilustrasi Gambar: Internet
Karena kami pernah mendengar suatu ucapan yang keluar dari orang-orang yang mengaku telah tercerahkan ini. Kata-kata tersebut dilontarkan tatkala banyak orang mengkritik pendapat mereka mengenai suatu perkara dalam kehidupan beragama dan bernegara. Begini kira-kira bunyinya “Saudara-saudara.. cobalah kalian tengok taman. Menurut kalian, indahkah taman itu apabila diisi oleh bunga-bunga yang sama warna, jenis, dan ukurannya? Tentunya tidak bukan? Begitu pulalah dalam berpendapat dan mengemukakan fikiran. Perbedaan dalam berpendapat, dalam berpendirian, dan berkayakinan ialah biasa. Kita harus saling menghormati dengan orang-orang yang berbeda dengan kita. Sebab masing-masing orang memiliki fikiran dan pendirian yang berbeda-beda perihal sesuatu hal. Sangatlah picik kita jika kita memaksakan pendapat kita yang kita rasa benar kepada orang lain. Itulah tanda orang taklid, fanatik, dan radikal..”

Maka tatkala kami mendengar dan membaca tanggapan mereka terhadap anjuran dan larangan untuk merayakan Hari Valentine ini. Kami hanya dapat tersenyum kembali. Benar kata salah seorang kawan kami “Orang-orang serupa ini ialah Kaum Abdullah bin Ubay, orang Munafik, atau bahkan hamba-hamba dari Dajjal. Entahlah.. wallahualam.. semoga Allah Ta’ala menjauhkan dan menjaga diri kita dari orang-orang serupa mereka..

Kawan, jika kita ingin dihormati oleh orang maka kita harus lebih dahulu menghormati orang lain. Jangan bertindak semau kita (nan kalamak di ati se..) seperti petaruh kami orang Minangkabau “Lamak di awak, katuju di urang..

Siapakah sebenarnya di antara kita yang tidak pandai menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda pendapat dengan kita tuan..? Siapa diantara kita yang munafik kawan..?

No comments:

Post a Comment