![]() |
Para Pemain Musik di Masa Keemasan Peradaban Islam |
Ilustrasi Gambar: Internet |
Lebih lanjut dia bercerita kalau semasa kuliah
dulu pernah dia bertanya kepada salah seorang kawannya yang Kristiani, “apa gerangan
isi nyanyian di gereja?” Si kawan menjelaskan “yang kami nyanyikan ialah
puji-pujian kepada Tuhan”.
Beralaskan jawaban dari kawannya
tersebut, maka kawan ku yang satu ini beranggapan nyanyian Islami dianggap
menyerupai umat Kristiani dalam beribadah. Berdasarkan jawaban dari kawannya
tersebut maka dia sendiri yakin nyanyian dalam Islam merusak akidah, dia
sendiri lebih menyukai musik-musik non Islami semacam pop, jazz, ataupun musik
klasik.
Mungkin banyak diantara kita yang
berpandangan demikian, alangkah baiknya jika kita menengok sejenak Sejarah
Perkembangan Peradaban Islam. Hampir setiap suku bangsa di dunia (termasuk kita di Ranah Melayu ini) memiliki
tradisi sastra tertulis maupun lisan, sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada
masa dahulu untuk mengubah sebuah sya’ir sebagai bentuk penghargaan tertinggi
apakah itu kepada Tuhan, manusia yang dikagumi (seperti penguasa atau tokoh
masyarakat), kekasih ataupun orang-orang yang dicintai, alam dan lingkungan
tempat tinggal. Terkadang pula di sebagian masyarakat, para ahli sastra
terutama penyair menduduki posisi terhormat dikalangan masyarakatnya.
Begitu pulalah di Negeri Arab,
para penyair menduduki posisi istimewa di tengah-tengah masyarakat Arab kala
itu. Oleh karena itu Allah menurunkan Al Qur’an kepada nabi kita Muhammad S.A.W
dengan tata bahasa yang menakjubkan, dan benar, para penyair Arab kala itu
tidak pernah berhasil menciptakan untaian kata-kata indah seperti yang terdapat
pada Al Qur’an. Bahkan dalam salah satu ayat Al Qur’an, Allah pernah menantang
para sastrawan Arab kala itu untuk membuat ayat tandingan serupa yang terdapat
pada Al Qur’an.
![]() | |
Pemusik Dimasa Keemasan Peradaban Islam |
Selain itu, teknologi musik Islam
yang telah ada sebelumnya juga ikut berkembang. Adalah sittar dan rebab yang
merupakan alat musik tradisional bangsa Arab yang kemudian mendunia. Alat musik
tradisional tersebut masih ada hingga kini namun turunannya yang patut kita
perhatikan yakni Gitar dan Biola. Tidak banyak yang tahu memang, kita tahunya
bahwa kedua alat musik tersebut berasal dari Barat. Sama kiranya dengan
angka-angka yang kita pakai sekarang, tahukah kalian kawan kalau angka-angka yang kita gunakan sekarang
berasal dari peradaban Islam Bangsa Arab?
Dalam lingkungan istana-istana
Khalifah, Sulthan, Amir, ataupun istana-istana lainnya baik yang dimiliki oleh
pejabat negara maupun kaum hartawan pada masa dahulunya tersedia sekelompok penyanyi
dan pemain musik. Karena pada masa dahulu belum dikenal alat perekam suara,
maka kelompok-kelompok penyanyi dan pemain musik tersebut sengaja dipekerjakan
sebagai pegawai guna menghibur tuan rumah dan tamunya.
Jadi perkembangan seni musik dan
sastra (syair) di dunia Islam terlepas sepenuhnya dari peradaban Barat. Tidak tepat
kiranya jika kita memandang bahwa nyanyian tersebut berasal dari kebudayaan
Barat yang non-muslim. Adapun perihal puji-pujian yang terdapat dalam nyanyian Islam
yang serupa dengan umat Kristiani yang juga melantunkan puji-pujian dalam
beribadah kepada Tuhan mereka. Hal tersebut amatlah berbeda, karena kita umat
Islam tidak pernah melantunkan nyanyian dalam beribadah. Sudah ada tuntunan
yang jelas dalam beribadah bagi umat muslim. Nyanyian yang bermuat puji-pujian
tersebut hanya dinyanyikan hanya pada kesempatan tertentu seperti; ketika
berdakwah, di depan khalayak ramai, dan lain sebagainya.
Kalaupun dalam nyanyian tersebut
terdapat do’a, maka bukan maksudnya supaya kita sambil berdo’a juga menyanyi. Akan
tetapi itu hanya merupakan bentuk ekspresi jiwa seni, hanya metafora dari
kehidupan di dunia nyata. Ah..para seniman tentu lebih paham maksud ku ini.
Adapun perihal hukum nyanyian dalam
Islam, baiknya kita simak fatwa Sheikh Yusuf Qardhawi seorang ulama dari Mesir.
Pendek kata, beliau menyatakan bahwa tidak terlarang bernyanyi bagi umat Islam
asalkan; tergantung dari niat si penyanyi, lagu-lagu yang dinyanyikan mengajak
kepada kebaikan tidak sebaliknya. Tidak boleh ada unsur-unsur syirik seperti
menyekutukan Allah, dll.
No comments:
Post a Comment