Sunday, December 30, 2012

Kritis Terhadap Media




Fikiran merupakan unsur yang paling dominan dalam diri
seseorang. Jika fikirannya telah dikuasai, maka seluruh
kehidupannya telah dihambakannya kepada yang menguasai.
Ilustrasi Gambar: Internet
Dewasa ini “orang-orang hebat” di Jakarta sering menyebut-nyebut perihal pluralisme dan multikulturalisme. Semua ini biasanya berujung pada kebebasan beragama. Isu ini muncul melihat gejolak ketidak nyamanan di kalangan anak bangsa yang cenderung/mudah terjerumus pada konflik yang berlatar belakang ras ataupun agama. Kita sendiri tidak pernah tahu bagaimana persisnya konflik seperti ini bermula di masa moderen ini, hanya saja kita sudah mendengar kabarnya dari media. Sungguh aneh dan menyedihkan karena seiring dengan munculnya konflik antar agama, maka muncul pula isu pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan multikulturalisme. Mungkin ada yang beranggapan bahwa munculnya ide-ide ini karena dilatari oleh budaya konflik yang ada di Indonesia saat ini.

Salah seorang aktivis Kontras ketika dimintai pendapatnya oleh media menyikapi kasus pengusiran jemaat gereja di Bogor bulan yang lalu, mengungkapkan bahwa ada kepentingan politik yang terlibat di dalam konflik ini. Hal inilah rupanya selama ini terasa namun begitu sukar untuk diungkapkan. Ya.. kepentingan politik, karena seperti yang kita ketahui, gerakan politik di Indonesia saat ini mengarah pada satu titik, yakni berusaha merubah ideologi negara ini yang semula  berazazkan agama (Sila Pertama) menjadi berazas pada sekularisme. Dengan menjadikan Islam sebagai sasaran tembak. Namun mereka selalu berusaha menutupi gerak-gerik mereka dengan mengemukakan alasan gombal yakni “Pancasila” yang selama ini menjadi dasar negara. Lupa mereka tampaknya pada sila pertama.

Ingat filem Inception yang dibintangi oleh Leonardo Dicaprio?
Sungguh filem ini mengungkapkan segalanya.
Gambar Ilustrasi: Internet
Namun karena kecerdikan mereka, keluasan jaringan mereka, maka ideologi ini secara perlahan-lahan namun pasti, telah lama dipropagandakan. Tanpa ada yang berdaya untuk melawan, menghadang, atau melarang. Karena mereka bermain sangat halus sekali, senjata utama mereka ialah kebebasan. Kebebasan yang pada saat sekarang ini sudah terlalu bebas tak terkendali.


Ujung tombak mereka ialah media, tivi, koran, malaha, filem, lagu, dan lain sebagainya. Setiap jam, setiap hari, kita dirasuki dengan nilai-nilai penuh kebohongan. Tujuannya ialah menyamakan persepsi dalam memandang fenomena sosial, terutama yang berkaitan dengan fanatik, radikal, fundamentalis, atau teroris. Jadi jika dikatakan bahwa orang berjanggut dan berjilbab dalam itu ialah teroris, maka takkan ada lagi yang akan membantahnya.

Sama kiranya ketika kita mendengar seorang ditangkap karena melakukan tindak pidana pembunuhan. Ketika pertama kali mendengar tentunya kita beranggapan bahwa si pembunuh ini tentunya bersalah. Namun setelah kita  menyimak lebih lanjut, mendengarkan alasan kenapa dia sampai hati membunuh. Maka masihkah kita beranggapan demikian, dia salah?

Orang yang teraniaya, tak difahami oleh lingkungan
akhirnya terkucilkan dari kehidupan
Ilustrasi Gambar: Internet
Misalnya, ada seorang yang membunuh karena ingin mempertahankan kehormatannya, seperti seorang perempuan yang hendak diperkosa. Dimana tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain membunuh bajingan yang hendak memerkosanya atau kehormatannya yang direnggut. Atau seseorang yang berada dalam kondisi antara hidup dan mati, kalau dibiarkan orang yang mengancamnya maka dia yang akan mati. Namun sebaliknya jika dia membunuh orang tersebut maka jiwanya terselamatkan. Atau kisah lainnya, seperti seorang anak yang membunuh ayahnya karena tidak tahan melihat ibunya disiksa tiap hari oleh sang ayah. Masih banyak lagi kisah-kisah lainnya yang dapat membuka mata hati kita.

Namun tujuan utama dari tulisan ini ialah untuk membuka mata hati kita, supaya tidak sepenuhnya percaya kepada media. Kritislah terhadap semua informasi yang disajikan. Jangan terpengaruh terhadap nama besar dari media yang menyajikan berita tersebut. Karena dalam setiap berita selalu ada kepentingan, apakah politik maupun ideologi lainnya. Jangan sampai kita menjadi korban dari orang-orang yang berusaha mengendalikan negara ini. Cobalah mencari berita dari sumber lain, kemudian bandingkan. Jangan hanya melihat dari satu sudut pandang saja, karena jika begitu maka berarti kita membiarkan diri kita diarahkan kepada pendapat atau opini yang telah dirancang.

Hati-hati dengan apa yang kita lihat, dengar, dan
apa yang kita baca. Sangat banyak sekali pada masa
sekarang yang palsu terlihat asli dan begitu pula
sebaliknya. Haram terlihat lala, dan sebaliknya.
Gambar Ilustrasi: Internet
Setiap detik, langkah mereka kian dekat, genggaman mereka kian erat, dan kekuasaan mereka kian bertambah. Kekuasaan mereka bukan pada kuatnya cengkraman mereka dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi. Walau aspek tersebut juga ikut berpengaruh. Namun yang utama dalam zaman moderen ini ialah penguasaan teknologi, terutama media informasi yang dijadikan alat utama dalam mempengaruhi fikiran rakyat. Nagara kita kan negara demokrasi, maka pendapat atau opini rakyat sangatlah perlu untuk dibentuk demi menyokong kepentingan dinasti. 

No comments:

Post a Comment