Sunday, December 30, 2012

Perayaan Pergantian Tahun (Matahari) Baru



Sudah menjadi kebiasaan yang lazim di negara ini bahwa setiap pergantian tahun merupakan momen yang selalu dinanti. Begadang hingga tengah malam menjadi saksi bergantinnya tahun. Beragam bentuk atau ritual yang dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru. Mulai dari pesta, apakah itu pesta kecil yang dihadiri keluarga, kenalan, serta handai-taulan. Sampai ke pesta-pesta besar di pub, diskotek, klub malam, kafe, hotel, gedung pertemuan, pusat perbelanjaan, ataupun di stasiun-stasiun TV yang menayangkan secara langsung momen pergantian tahun. Adapula yang memilih untuk pergi mendaki ke puncak gunung. Ritual yang satu ini boleh dikatakan hampir merata di seluruh pelosok Indonesia. Di setiap puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia dikibarkan bendera merah putih. Inilah wujud dari rasa nasionalis yang ditunjukkan oleh beberapa orang generasi muda Indonesia.


Sumber Foto: Internet 


Namun ada juga yang melakukan hal lain, seperti selain mengadakan atau mengikuti pesta mereka akan menghabiskan malam dengan kekasih mereka. Tak jarang hubungan semacam ini akan berakhir dengan kelakuan terlarang (yang merupakan bentuk lain dari hubungan di atas ranjang, dapat juga beralas koran, atau tanah di lapangan terbuka. Dapat bermacam-macam alas yang dipakai, atau bahkan tidak beralas). Tentunya minuman alkohol sudah menjadi kebutuhan primer di moment penting semacam ini. Bahkan ada yang ditemani dengan obat-obatan terlarang. Ada pula yang mengunjungi tempat-tempat wisata semacam tepi pantai yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk menghabiskan malam tahun baru. Apalagi jika didampingi oleh sang kekasih.

Hampir setiap tahun orang-orang saling bertanya “Kemana tahun baru kemarin?” atau “Menghabiskan malam tahun baru dimana?”. Suatu pertanyaan yang menunjukkan perhatian dan kepedulian. Namun sesungguhnya merupakan wujud dari ketidak-tahuan dari hakekat tahun baru itu sendiri. 

Pernahkah kita bertanya kenapa tahun baru dirayakan? Kenapa  satu Januari yang dijadikan awal mula tahun? Kenapa begini dan kenapa begitu?

Tidak..! Sebagian besar dari kita menerima begitu saja. Menerima tanpa mempertanyakan, begitulah generasi sekarang. Bukan..bukan menerima, melainkan meniru, mencontoh, atau latah kata orang Jakarta. Tidak ada proses berfikir dalam hal ini, yang ada ialah perasaan keren dan up to date jika kita ikut merayakan, merayakan perayaan yang dirayakan oleh kelompok sosial tertentu, komunitas tertentu, atau penganutkeyakinan dan kebudayaan tertentu. Hal ini terjadi karena kita kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, atau minder kata anak-anak gaul Jakarta. Kita selalu menganggap kecil diri sendiri, sehingga sering merasa malu dengan kebudayaan kita, yang merupakan identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Sekarang, marilah kita menengok kembali sejarah penetapan tahun baru masehi. Sebenarnya tidak tepat juga jika kita sebut sebagai tahun Masehi. Karena tahun Masehi merujuk kepada kelahiran Yesus. Sedangkan dikalangan sejarawan masih muncul keraguan apakah benar Yesus lahir pada  bulan dan tahun yang diyakini tersebut.

Lagipula umat Nasrani meyakini tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai Hari Raya Natallah tanggal kelahiran Yesus. Lalu tanggal 1 Januari dalam keyakinan agama Nasrani diperingati sebagai apa? Kenapa tanggal 1 Januari yang dijadikan patokan bermulanya tahun baru?

Sejarah Awal Penghitungan Tahun Matahari (Syamsiah)

Ilmu menghitung tahun lahir dari ilmu astrologi yakni suatu ilmu yang mempelajari gerak benda-benda langit. Ilmu ini berasal dari peradaban di lembah Sungai Eufrat dan Tigris yang lebih dikenal dengan Peradaban Mesopotamia, sekarang daerah tersebut terletak di Negara Irak. Para penganut ilmu astrologi zaman dahulu menjadikan gerak benda langit sebagai tanda untuk meramal masa depan.

Hampir setiap kerajaan di peradaban lama memiliki ahli perbintangan  atau astrologi.  Mereka berperan sebagai Ahli Nujum Istana yang kerap dimintai pendapat oleh Sang Raja. Pertimbangan yang diberikan oleh para tukang nujum (ramal) ini sangat mempengaruhi arah kebijakan dari suatu kerajaan. Oleh karena itu ilmu ini kemudian berkembang ke berbagai kawasan seperti Mesir. Dari Mesirlah ilmu ini kemudian menyeberang ke Romawi. Pada masa itu, Mesir berada di bawah pengaruh Romawi.

Sebelum ditetapkannya kalender moderen seperti adanya sekarang ini. Sistem penanggalan ini telah mengalami beberapa kali perubahan semenjak pertama kali diciptakan yakni pada abad ke-7 sebelum masehi. Dimana pada abad ke-7 ini Kaisar Romulus mendirikan Kerajaan Romawi. Perubahan yang terkenal dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM. Dia berkeputusan untuk mengubah kalender lama Bangsa Romawi yang hanya terdiri dari 10 bulan, dimana bulan Maret dijadikan sebagai awal tahun. Dalam kalender yang terdiri dari sepuluh bulan ini, awal musim semi mundur hingga tiga bulan. Hal ini tentunya membuat kacau kehidupan masyarakat kala itu.

Dewa Janus
Sumber Foto: Internet 


Julius Caesar melakukan perubahan dengan menambahkan dua bulan hingga jumlah bulan genap menjadi 12 bulan. Serta menetapkan jumlah hari dalam satu tahun ialah 365 hari, serta setiap 4 tahun sekali jumlah hari ditambah (pada bulan Februari) menjadi 366 hari. Tahun dengan jumlah hari 366 ini disebut juga dengan tahun kabisat. Dimana kelebihan 6 jam setiap tahunnya ditampung menjadi satu hari (0,25 x 24 jam = 6 jam). Pada kelender baru ini, Januari dijadikan bulan pertama dalam penanggalan. Kalender ini dikenal juga dengan nama Kalender Julian (atau Kalender Julius Caesar). Dalam melakukan perubahan ini Julius Caesar dibantu oleh ahli perbintangan dari Alexandria-Mesir yang bernama Sosigenes.

Kalender Julian dipakai oleh Bangsa Barat selama beratus-ratus tahun dengan melakukan beberapa perubahan yakni dengan kembali menjadikan bulan Maret sebagai awal tahun. Tepatnya tanggal 25 Maret. Hal ini berkaitan dengan iman Kristen yang merayakan Kenaikan Yesus Kristus pada tanggal tersebut. Hal ini terus berlangsung hingga pada tahun 1582 Paus Gregious XIII melakukan perubahan penting. Hal ini karena perhitungan pada Kalender Julian mengalami beberapa kekurangan. Diantaranya ialah ternyata bilangan hari dalam setahun tidak 365 hari melainkan 365 hari, 5 jam, 56 menit, dan kurang beberapa detik. Hal ini menyebabkan awal musim semi justeru maju beberapa hari.

Untuk memperbaiki kekurangan tersebut Paus Gregious XII mengeluarkan beberapa keputusan penting, diantaranya:
1.       Angka tahun pada pergantian abad, yakni yang diakhiri oleh dua angka nol yang tidak habis dibagi 400 bukan lagi tahun kabisat.
2.       Untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582, maka dilakukan pengurangan hari sebanyak 10 hari yang jatuh pada bulan Oktober.
3.       Kembali menjadikan 1 Januari sebagai awal tahun baru.

Keputusan Gereja Katholik ini diikuti oleh semua negara barat kecuali negara-negara yang telah dipengaruhi agama Protestan serta kaum Ortodok yang masih tetap menggunakan penanggalan ala Kalender Julian. Gereja Anglikan yang Protestan akhirnya mengikuti penanggalan Gregorian pada tahun 1752 M. Hingga kini hanya umat Kristen Ortodhox yang masih berpegang teguh pada Kelender Julian. Hingga kini penanggalan ala Gereja Katholik yang dirumuskan oleh Paus Gregious XII lah yang dipakai oleh sebagain penghuni Planet Bumi ini. Dikenal dengan nama Kalender Gregorian (atau Kalender Gregious).


Arti dari Nama-nama Bulan pada Kalender Matahari



Dewa Janus
Sumber Foto: Internet 


Kalender Gregorian tetap mewarisi nama-nama bulan yang ada pada Kalender Julian. Nama-nama bulan tersebut berasal dari nama-nama Romawi yang memiliki beragam arti dan makna. Adapun ke 12 nama bulan tersebut ialah:

  1. Januari, nama bulan ini diambil dari nama Dewa Janus, penjaga gerbang Olympus. Dewa ini memiliki dua wajah yang menghadap ke muka dan ke belakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. 
  2. Februari, berasal dari nama Februarius yang akar katanya Februa, artinya hari pembersihan. Salah satu upacara yang dilakukan untuk menyambut datangnya musim semi pada bulan Maret. Februari juga mengacu kepada nama salah satu Dewa Romawi yakni Dewa Februus yakni Dewa Pemurnian.
  3. Maret, atau Martius yang berasal dari kata Mars yaitu Dewa Perang Bangsa Romawi
  4. April, atau Aprilis yang berakar dari kata Apru yakni Dewa Asmara. Juga dikaitkan dengan kata Aperiri yang mengacu kepada cuaca yang nyaman pada musim semi.
  5. Mei, atau Maiusl berasal dari kata Maia saudara perempuan Dewa Atlas
  6. Juni, atau Junius, berasal dari kata Juno istri dari Maha Dewa Yupiter
  7. Juli, awalnya bernama Quintilis (bulan ke-5) kemudian diganti menjadi Julius (Juli) oleh Julius Caesar yang diambil dari namanya
  8. Agustus, nama sebelumnya ialah Sextilis yang berarti bulan ke enam dalam kalender Romawi sebelum direformasi oleh Julius Caesar. Agustus merupakan nama keponakan Julius Caesar yang menjadi penggantinya, sekaligus kaisar pertama Romawi. Julius Caesar bukanlah seorang kaisar melainkan hanya diktator.
  9. September, berasal dari kata Septem dalam bahasa Latin yang artinya bulan ke-7
  10. Oktober, berasal dari kata Octo dalam bahasa Latin yang artinya bulan ke-8
  11. November, berasal dari kata Novem dalam bahasa Latin yang artinya bulan ke-9
  12. Desember, berasal dari kata Decem dalam bahasa Latin yang artinya bulan ke-10







Judul Gambar: The Sun God
Sumber Foto: Internet 



Dalam literatur berbagai kebudayaan seperti: tradisi Gaelik Irlandia, Jerman, dan juga Asia, nama-nama hari yang digunakan dalam bahasa Inggris sesungguhnya disesuaikan dengan nama-nama berhala (pagan) yang mereka sembah. Begitu besarnya pengaruh kebudayaan pra-Kristen hingga membekas ke masa sekarang.


Berikut kami coba menjelaskan asal dari nama masing-masing hari dalam bahasa Inggris. Untuk masyarakat Indonesia, nama tujuh hari dalam seminggu merupakan pengaruh dari Bahasa Arab. Yang memiliki arti hari ke-1 sampai hari ke-7, kecuali untuk hari Ahad yang telah berganti menjadi hari Minggu dan hari Jum'at yang artinya ialah hari "berkumpul".

Sunday (sun’s day) atau hari matahari, bahasa latinnya dies solis. Pada tahun 321, Kaisar Konstantine mengganti hai besar Sabbat (yang jatuh pada hari Sabtu), dan membuat Sunday menjadi hari istirahat.


Orang-orang Indonesia menggunakan nama hari berdasarkan pengaruh dari Arab. Kecuali untuk hari Ahad. Masyarakat Indonesia yang masih tradisional dan kuat pengaruh Kebudayaan Islamnya masih menamai hari tersebut dengan hari “Ahad” yang berarti hari pertama. Sedangkan resminya, pemerintah menggunakan nama “Minggu” yang merupakan bahasa serapan dari Bahasa Portugis yakni “Domingo” yang berarti "Hari Tuhan”.

Monday (moon’s day) bahasa latinnya, dies lunae atau hari bulan.

Tuesday (tiw’s day) = mardi = hari mars, mars adalah dewa perang Roma. Kalendar Roma juga didasarkan atas pagan, nama dewa ini dipakai di bulan ke-3, yaitu march. Orang-orang Yunani Kuno memanggil hari ini ‘tiu daeg’. Tiu adalah nama dari anak laki-laki Woden dan Frigga, yang merupakan dewa-dewa Kaum Nordik.

Wednesday (wodin’s day), Odin atau Woden, ketua dewa Nordik,[1] yang memerintahkan Valkries dengan kuda yang berkaki delapan. Woden atau Odin dipercayai sebagai suami dari Frigga, dan bapak dari Thor.

Thursday (Thor’s day), dewa guntur Nordik dan anak laki-lakinya Woden, dikenal juga sebagai Taranus, atau Dutch Doonner (nama yang diberikan pada rusa kutubnya santa claus), melekat dengan hari Roma Jupiter.

Friday (Freya’s day), dikenal juga sebagai Frigga, istri dari Woden, lambangnya adalah ikan (lambang kesuburan), yang sering dipakai sebagai lambang kristen. Ikan muda bernama ‘fry’.

Saturday (saturn’s day), Saturn adalah dewa pertanian Roma, dan hari ini dikhususkan untuknya. Planet ke-6 dinamakan untuk menghormati dewa ini. Hari ini, adalah hari istirahat yang diberikan tuhan kepada umat yahudi dan kristiani yang sebenarnya, bukan Sunday (minggu).[2]



[1] Dalam kepercayaan kaum Nordik.
[2] Hari Suci untuk beribadah bagi umat Kristen pada awalnya ialah hari Sabtu, sama dengan umat Yahudi. Namun Konstantin mengubahnya ke Hari Minggu pada tahun 321 M 


Perayaan-perayaan yang Dilakukan dalam Menyambut Tahun Baru

Beragam hal dilakukan oleh orang-orang Barat dalam menyambut datangnya tahun baru. Kebahagiaan yang terpancar dalam menyambut tahun baru pada mulanya merupakan wujud kebahagiaan dalam menyambut datangnya Musim Semi, ketika tahun baru masih dirayakan pada bulan Maret. Dan tampaknya kebahagiaan dalam menyambut tahun baru tersebut diwarisi hingga ke zaman sekarang.

Ketika tahun baru jatuh pada bulan Januari yang merupakan puncak musim dingin. Orang-orang Romawi biasanya berkumpul dalam senat mereka untuk melakukan pemilihan. Karena pada musim dingin itulah kesempatan yang mereka miliki untuk berkumpul. Dimana segala aktivitas dihentikan karena terhalang oleh musim dingin.

Berikut beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam menyambut datangnya awal tahun:
1.       Orang Romawi Kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci, kacang atau koin emas bergambar Dewa Janus.
2.       Orang Persia Kuno mempersembahkan hadiah telur  sebagai lambang kesuburan (produktivitas).
3.       Para Pendeta Keltik di Kepulauan Inggris memberikan potongan dahan Pohon Mistletoe yang dianggap suci kepada umat mereka. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan orang Romawi dahulunya ketika mereka menduduki Kepulauan Inggris pada tahun 43 M. Kebiasaan ini kemudian dilarang oleh Gereja Kristen karena dianggap meniru kebiasaan Kaum Kafir.
4.       Pada tahun 1200-an, para pemimpin Inggris mengambil kebiasaan pemimpin Romawi yang mewajibkan rakyat memberikan hadiah pada saat tahun baru kepada pemimpin mereka.
5.       Para suami di Inggris memberi uang kepada isteri-isteri mereka pada waktu tahun baru. Hal ini digunakan untuk membeli bros sederhana atau pin. Kebiasaan ini mulai menghilang pada tahun 1800-an.
6.       Orang-orang di daerah koloni New England Amerika Serikat merayakan tahun baru dengan menembakan senapan ke udara dan bersorak. Sementara yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka.
7.       Di Amerika tahun baru mulai dirayakan pada malam tanggal 31 Desember. Dimana orang-orang pergi ke pesta dan berkumpul. Atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York. Pada saat lonceng tengah malam berdentang, sirine dibunyikan, dan kembang api diledakkan, kemudian orang-orang berteriak Happy New Year sambil menyanyikan lagu Auld Lang Syne.
8.       Kemudian keesokan harinya orang-orang Amerika pergi mengunjungi sanak saudaranya dan teman-teman mereka, menonton acara televisi, Parade Bunga: Tournament of Roses yang diadakan sebelum lomba football Amerika Rose Bowl di Kalifornia atau Orange Bowl di Florida, Cotton Bowl di Texas, dan Sugar Bowl di Louisiana.


Penutup

Hitungan tahun matahari ini diwarisi dari kebudayaan purba di Mesopotamia, kemudian Bangsa Babel, dan dilanjutkan di Mesir, selanjutnya bermuara di Romawi-Eropa dan dipakai oleh kebanyakan manusia moderen. Pada masa itu hubungan antara Mesir dan Roma yang berpusat di Italia sekarang sangat dekat. Karena letak mereka sama-sama di Laut Tengah. Laut Tengah merupakan laut utama pada masa itu. Sibuk dengan berbagai aktivitas pelayaran apakah itu yang bermuatan ekonomi maupun politik. Apalagi ketika itu Mesir sedang berada di bawah kekuasaan Romawi dimana Julius Caesar sebagai penguasanya.

Dimasa Julius perhitungan tahun dipengaruhi dengan berbagai macam upacara dan perayaan kaum pangan atau agama Romawi Kuno yang menyembah banyak dewa. Seperti bulan Januari dinisbatkan pada Dewa Janus maknanya ialah awal baru dalam menatap masa depan. Atau bulan Februari yang terdapat salah satu ritual pemersihan di dalamnya, dan lain sebagainya.

Ditangan orang Kristen penanggalan ini memiliki fungsi sama yakni untuk menandai ritual agama mereka seperti penetapan Natal, Paskah, Kematian dan Kebangkitan Yesus, dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendorong Paus Gregious XIII untuk menyempurnakan kembali kalender Matahari ala Julius Caesar atau Kalender Julian. Kemudian kalender baru yang masih tetap kalender matahari ini bernama Kalender Gregorian, mengacu kepada Paus Gregious XIII. Kalender itulah yang dipakai oleh sebagian besar umat manusia pada saat sekarang.

Sesungguhnya setiap agama dan kebudayaan memiliki hitungan tahun tersendiri. Seperti yang telah disebutkan di atas, kaum pangan Romawi Kuno dan Umat Kristen memiliki kalender tersendiri. Kalender ini berfungsi sebagai penanda berbagai ritual keagamaan dalam agama mereka. Begitu juga agama lain semacam Yahudi yang merayakan Rosh Hashanah yakni hari tahun baru mereka pada bulan September atau Oktober. Ada juga tahun baru Saka bagi umat Hindu, Imlek untuk orang Cina atau penganut kepercayaan Konghuchu, Satu Muharam bagi umat Islam, dan lain sebagainya.


Sesungguhnya apa yang melekat pada diri kita merupakan identitas yang tak boleh ditanggalakan. Apabila kita berkeputusan untuk menanggalkannya dan lebih memilih untuk terlihat sama dengan orang lain maka dengan sendirinya kita telah membunuh diri sendiri. Kata ahli bahasa "Bahasa Menentukan Bangsa" karena dari melihat bahasa dan logat seseorang kita dapat menelusuri daerah asalnya. Namun pabila seseorang telah bercakap layaknya orang dari kebudayaan lain yang dianggap lebih unggul, maka hal itu berarti dia telah membunuh bangsanya sendiri.


Tidak hanya dalam segi bahasa melainkan juga cara hidup. Seperti cara makan, cara kita bersikap (berperilaku) dan bertutur, cara kita memandang dan menyikapi setiap fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Namun yang utama ialah cara kita melihat dunia ini, setiap masyarakat dan kebudayaan memiliki standar tersendiri dalam menilai baik atau buruknya suatu fenomena atau kejadian atau peristiwa. Dimasa sekarang, cara pandang atau perspektif inilah yang hendak diubah. Penyeragaman, semuanya bermuara kepada "penyeragaman".

Demikianlah tulisan ini dibuat, semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam memaknai segala sesuatunya. Penulis adalah salah seorang pelajar yang masih belajar dan akan terus belajar. Semoga pengetahuan yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua, utama sekali bagi diri penulis. Amiin..



Daftar Bacaan


No comments:

Post a Comment