Thursday, December 12, 2013

Bermental Budak

Gambar: Internet
Gambar: Internet
Bagaimana cara kita bekerja mempengaruhi kesadaran kita, dilain fihak kesadaran kita juga mempengaruhi cara kita bekerja. Kita dapat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu hubungan interaktif antara tangan dan kesadaran. Jadi cara kita “berfikir” terkait erat dengan pekerjaan yang kita lakukan. (Pendapat Karl Marx dalam Jostein Gaarder. Dunia Sophie. Mizan. 2010, Bandung. Hal. 613).

Kutipan dari sebuah buku seri filsafat yang diterbitkan oleh Mizan di atas semakin menggukuhkan pendapat kami atas beberapa orang yang begitu membenci dan menghujat salah satu pendapat kami dalam blog ini. Ini bukan sekadar teori belaka melainkan dapat dibuktikan dalam dunia nyata. Bukti-bukti tersebut dapat kita saksikan kalau kita mau sedikit saja menggunakan akal dan perasaan kita. Sebab untuk melihat dan menangkap suatu fenomena sosial dimana hal tersebut merupakan gambaran (refleksi) dari watak dan tingkat intelektual dari manusia-manusia yang kita amati, memerlukan kehalusan budi dan ketajaman fikiran.

Kalau mengikut teori dari Marx maka kehidupan ini merupakan pertarungan antara dua kekuatan yakni: lemah (budak, orang miskin, pekerja, proletar, warga biasa, dsb) melawan kuat (pengusaha, orang kaya, pemimpin, bangsawan, penguasa, dsb). Dimana kepentingan perut atau uang atau modal atau kapital sangat berpengaruh dalam keduanya.

Begitulah cara orang Minangkabau pada masa sekarang (baik yang di rantau maupun yang menetap di Minangkabau) dalam menyikapi segala persoalan yang terjadi. Salah satunya ialah pertikaian (polemik) yang muncul seputar kedatangan salah seorang investor di propinsi ini.

Bagi para pekerja yang merasa bosan karena rendahnya pendapatan dan stagnannya kehidupan di propinsi ini (serta para pencari kerja yang putus asa karena tidak tersedianya lapangan kerja yang sesuai dengan spesifikasi pendidikan mereka) berpandangan bahwa kedatangan investor ini akan membawa angin baru (penyelamat kehidupan mereka). Perubahan yang seignifikan dalam kehidupan mereka seperti tersedianya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan, serta baiknya taraf hidup masyarakat. Pendapat demikian mengemuka karena mereka melandaskan pemikiran mereka pada sisi praktisnya saja, yakni sisi “materi” berupa kemajuan ekonomi.

Kemudian para pemilik modal (pengusaha lokal) ada yang pecah suara mereka, terdapat segolongan yang menerima dan segolongan lain yang menolak. Bagi yang menerima beranggapan hal ini baik bagi perkembangan ekonomi propinsi ini kedepannya. Setidaknya usaha mereka yang telah ada akan semakin berkembang seiring dengan kedatangan investor ini. Dimana meningkatnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya penghasilan (sebagian kecil) penduduk, serta naiknya taraf hidup (segolongan elit). Hal ini akan berdampak kepada usaha mereka yang bergerak di bidang lain, dimana mereka memanjakan pola hidup konsumtif segelintir orang berpunya di negeri ini.

Serta alasan lainnya ialah karena mereka tidak sanggup untuk bersaing atau merasa kalah atau dizhalimi oleh salah satu atau beberapa pengusaha lokal yang bermodal kuat dan memiliki jaringan luas. Dengan masuknya investor ini diharapkan dapat mengimbangi (kalau dapat mengalahkan) kekuatan dari pengusaha lokal yang semakin menjadi-jadi ini.

Sedangkan bagi yang menolak mereka beranggapan kedatangan investor ini akan merusak keseimbangan serta memberikan ancaman terhadap keberlangsungan mereka. Hal ini karena investor tersebut datang dengan modal yang jauh lebih besar, jaringan yang jauh lebih luas, serta kekuatan yang jauh melampaui mereka.


Kemudian ada beberapa orang birokrat yang menyambut baik kedatangan investor ini. Dalih mereka ialah karena dapat membantu mengembangkan perekonomian Sumatera Barat. Namun banyak yang ragu dengan maksud ini karena berdasarkan pengalaman di daerah lain yang banyak didatangi oleh investor. Dimana sekelompok kecil elit yang diuntungkan - salah satunya - ialah para birokrat lokal yang memegang posisi kunci di pemerintahan. Usaha untuk meningkatkan PAD (Pendapat Asli Daerah) hanyalah kamuflase untuk maksud yang lain, yakni memperkaya diri.

Adapun fihak lain yang menolak ialah orang-orang yang selama ini terlibat di bidang kebudayaan dan keagamaan. Mereka menyadari bahwa di balik kedatangan investor ini terdapat maksud lain (misi terselubung). Hal ini setelah mempelajari dan melihat bukti-bukti di daerah lain yang telah didatangi oleh investor ini. Perubahan perilaku, pola fikir, watak serta karakter dimana nilai-nilai atau norma adat dan agama disepelekan dan dilanggar. Hal ini karena semakin plural dan makmur suatu komunitas maka semakin renggang ikatan adat dan agama dalam kehidupan penganutnya. Belum lagi usaha-usaha lain yang dapat menjauhkan atau mengubah keyakinan dari masyarakat tersebut (pemurtadan yang sistematis dari para misionaris).

Benarlah kata Karl Marx, bahwa uang atau modal atau kapital sangat berperan dalam menggerakkan roda kehidupan. Ditangan orang yang salah, uang dapat menjadi malapetaka. Godaan terhadap benda yang satu ini sangat payah untuk dielakkan. Tatkala masih berjuang tak tanggung "idealisnya" namun tatkala telah terjun ke ranah kehidupan, mereka mulai berbalik 180 derajat "Tak ada yang salah, para auditor telah memberikan kesaksian, cobalah berfikir logis! Tak ada hubungan antara kemajuan ekonomi dengan kehidupan beradat dan beragama". Kata mereka..

Duhai engku dan encik sekalian, hancur hati kami membacanya..


No comments:

Post a Comment