Friday, January 4, 2013

Hidup Menenggang Rasa



Ilustrasi gambar: Internet
Sudah lama hati ini berada dalam kegundahan. Merasa sedih melihat kehidupan orang masa sekarang. Rasa malu dan tenggang manenggang sudah tak ada. Kebanyakan orang sekarang lebih suka memikirkan diri mereka sendiri, tak pernah memperdulikan perasaan orang lain. Tidak di sini ,tidak juga di sana, sama saja keadaannya. Sering terucap dilisan ku awak se nan manenggang urang, urang lain ndak ado nan manenggang awak do. (Kita saja yang mempertimbangkan perasaan orang lain. Sedangkan orang lain tidak-egois)

Begitulah keadaan sebenarnya, jika dikatakan, kalau beberapa orang yang masih berusaha hidup layaknya orang Timur (Tradisional), berusaha mementingkan raso jo pareso. Maka orang tersebut akan dicemooh, mereka beralasan selama apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan agama tak ada perlunya kita takut. Benarkah tidak ada pertentangan dengan nilai agama kita? Agama Islam?

Sesungguhnya hal tersebut hanya keluar dari mulut orang-orang yang rendah pengetahuan agamanya, dangkal pemahamannya terhadap agama, adat, dan kehidupan ini. benarkah agama kita sama sekali tidak mementingkan nilai-nilai semacam itu? nilai raso jo pareso?


Sejauh pengetahuan penulis Islam sangat menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan menghormati orang lain. Ajaran agama Islam sesungguhnya ajaran yang lebut dan perasa, hanya orang-orang yang berfikir sajalah yang dapat memahami hal tersebut.

Islam mengajarkan umatnya untuk berzakat, kenapa? karena dengan berzakat kita dapat mengurangi beban orang lain, membantu mereka dalam mencukupi kebutuhan hidup yang terkadang kurang untuk diri dan keluarga mereka. Dengan memberi akan melunakkahn hati dan melembutkan jiwa kita. Hal itu hanya dapat difahami oleh orang yang panjang fikirannya dan dalam perasaannya.

Pernah juga seorang ustadz berceramah di surau. Katanya, ketika membuat samba semacam gulai, maka banyakkanlah kuahnya. Gunanya ialah untuk dibagikan dengan jiran-tetangga agak sedikit. Biarlah lauknya sedikit asalkan kuahnya banyak. Kenapa? karena dengan begitu rasa kekeluargaan dengan jiran tersebut akan semakin dekat, emosi kita dengan meraka akan bertautan. Dan sekali lagi, hal tersebut dan melembutkan jiwa, dan melunakkan hati kita.

Intinya ajaran Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk mementingkan diri sendiri, pikirkanlah juga orang lain. Karena sebaik-baik manusia ialah manusia yang dapat memberi manfaat bagi orang banyak.

Diubah seperlunya dari: http://soeloehmelajoe.wordpress.com/2012/02/28/ini-timur-tuan-bukan-barat-2/

No comments:

Post a Comment