Tuesday, January 15, 2013

Pendapat Para Petinggi Perihal Kejahatan Kelamin




Gambar Ilustrasi: Republika
Adalah Muhammad Daming Sunusi, salah seorang calon Hakim Agung yang mengikuti fit & proper test di gedung DPR Senayan Jakarta yang mengeluarkan pernyataan “yang diperkosa dengan yang memperkosa, sama-sama menikmati. Jadi harus pikir-pikir terhadap hukuman mati..
Pernyataan ini dikeluarkan ketika menjawab pertanyaan dari  Andi Azhar, salah seorang anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Anggota DPR ini bertanya perihal pendapat Daming perihal hukuman mati terhadap para pemerkosa. Maka terlontarlah jawaban seperti di atas oleh calon Hakim Agung kita ini.
Namun ketika ditanya kembali oleh wartawan perihal pernyataannya tersebut, Daming Sunusi kemudian berdalih “Saya lihat kita terlalu tegang, supaya ketegangan itu berkuranglah. Tadi kan ketawa sebentar..
Pernyataan ini tentunya menuai munculnya beragam tanggapan, salah satunya dari salah satu anggota dewan dari Fraksi Partai Gerindra, Martin Hutabarat. Martin yang termasuk salah seorang yang menentang praktek hukuman mati ini menyesalkan pernyataan Daming. Baginya pemerkosa tidak seharusnya mendapat hukuman mati melainkan hukuman maksimal saja yakni berupa 20 tahun penjara atau seumur hidup.


Martin juga menjelaskan bahwa salah satu alasannya menolak hukuman mati ialah karena pelaku tidak selalu melakukan tindakannya tersebut karena sadar. Sebut saja karena pengaruh minuman keras, atau dilakukan oleh remaja labil. Apalagi jika dilihat dari hukuman bagi pelaku pembunuhan yang hanya dihukum 20 tahun penjara,  maka dia mempertanyakan hukuman mati bagi para pemerkosa. Apalagi jika dilihat dari beberapa alasan (latar belakang) munculnya tindakan pemerkosaan tersebut.
Lebih lanjut juga terlontar dari mulut Martin dimana dia mengutip hasil survei yang menyatakan bahwa 50% perempuan Jakarta sudah tidak perawan. Hal ini bagi beberapa orang ataupun kalangan tidaklah mengherankan. Karena beberapa tahun yang lalupun beberapa lembaga survei pernah mengeluarkan hasil surveinya pada beberapa kota yang menjadi tujuan pelajar untuk menuntut ilmu. Hasil survei mengenai keperawanan dan kehidupan seks tersebutpun mengejutkan. Pada beberapa kota 80-90 % mahasiswinya sudah tidak perawan.
Namun hasil penelitian ini tidak pernah diekspos oleh media nasional. Walau sudah ada pula beberapa buku yang mengkaji mengenai permasalahan ini. Namun tampaknya tidak mendapat tempat dan perhatian bagi beberapa komponen di negara ini.
Kami menarik beberapa kesimpulan dalam kabar ini:
Gambar Ilustrasi: Internet
1. Etika bercakap atau berbicara di hadapan umum perlu dirumuskan supaya tidak ada yang bercakap sembarangan, tanpa difikirkan. Apalagi yang mengeluarkan pernyataan ialah seorang yang berlatar belakang pendidikan tinggi, dan menjabat pada jabatan yang dapat dikatakan tinggi pula.
2. Perkara hukuman mati mestilah harus tetap ada. Jangan sampai dihilangkan karena dapat menyebabkan naiknya angka kejahatan. Seperti pernyataan Agung Made Rawa Aryawan  salah seorang calon Anggota Hakim Agung yang juga mengikuti fit & proper test di Senayan yang pro terhadap hukuman mati. Di 48 negara sempat meniadakan hukuman mati namun mereka kembali menghidupkannya. Namun Made hanya mendukung hukuman mati pada kejahatan yang memakan korban jiwa. Bagaimana dengan korban “bathin” yang jauh lebih parah akibatnya?
Gambar Ilustrasi: Internet
3. Pemerkosaan merupakan salah satu puncak dari gunung es. Apa penyebabnya? Dapat kita telusuri lebih jauh. Dapat satu makalah penuh untuk menguraikan akar-akar dari tindak kriminal biadab ini sampai terjadi.
4. Moral negara ini sedang berada dalam tahap kritis, hendaknya mendapat perhatian dari kita semua. Penyebabnya jelas-jelas kita ketahui namun tampaknya sebagian besar dari kita tak memiliki kemampuan dan tak berdaya untuk menanggulanginya. Jangan sampai negara ini menjadi Barat sepenuhnya.

No comments:

Post a Comment