Sunday, September 11, 2016

Pemurtadan di Minangkabau (Bag.9)

Lain Dahulu – Lain Pula Sekarang
Orang-orang fasik nan munafik sesungguhnya ialah sesosok kaum yang penuh akan tipu daya. Segala usaha akan mereka curahkan untuk membawa umat Islam kepada kesesatan. Keberadaan mereka telah lama dalam Dunia Islam, semenjak zaman Nabi kita tatkala membina Negara Islam di Madinah.
Adalah Abdullah bin Ubay, seorang munafiqun yang berasal dari golongan Yahudi di Madinah. Kisah pengkhianatan dan tipu daya yang dilakukan dirinya dan kaumnya terhadap Rasulullah dan Kaum Muslimin menjadi kisah abadi akan bahanyanya kelompok ini. Waktupun silih berganti dan manusia yang menempati zamanpun mulai berubah. Ada yang melupakan, ada yang masih ingat. Ada yang membenci kaum ini, namun tak kurang pulang yang menjadikan panutan. Kecerdikan mereka menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang-orang yang membanci Islam.
Pada masa sekarang, umat Islampun menghadapi bahaya yang serupa. Kaum Munafiqun yang dengan keras hati berkata bahwa mereka ialah Seorang Muslim berusaha memecah belah umat Islam. Tak urung, beberapa tokoh-tokoh penting dalam Peradaban Islam mereka jadikan kambing hitam untuk membenarkan gerakan mereka.

Tatkala kami bercakap perihal jenis-jenis kaum (kelompok) yang hendak mengadu domba antara Islam dan Adat di Minangkabau. Maka dengan segera mereka mendapat kesempatan dengan mengatakan bahwa kami telah menuduh salah seorang ulama besar asal Minangkabau sebagai salah golongan yang kami sebutkan di atas.
Kami hanya tertawa melihatnya “maklumlah..” kata kami dalam hati.
Kepada kaum muslimin dan dunsanak sekalian, kami harap janganlah terpancing dan tergesa-gesa menilai pendapat kami tersebut. Sebab yang hendak kita pelajari dan telaah ialah sebuah peristiwa sejarah. Keberadaan dan pendapat beberapa orang ulama yang keras menentang adat hendaknya  kita lihat dari sudut pandang zaman dan pengetahuan mereka terhadap adat dan Hukum Islam itu sendiri. Banyak aspek yang harus kita perhatikan dalam menelaah suatu peristiwa sejara “Jiwa Zaman” kata orang sejarah.
Sangatlah terpantang dalam Ilmu Sejarah untuk menilai masa lalu dari perspketif masa sekarang.
Ulama-ulama yang mengemukakan pendirian mereka perihal adat ialah ulama-ulama yang hidup pada abad-19 dan masa-masa awal abad-20. Pengaruh pendidikan sekuler boleh dikatakan tidak begitu terasa pada masa itu. Lagi pula mereka mendapat pendidikan langsung dari ulama-ulama tamatan Timur-Tengah. Jadi wajarlah akhirnya muncul pendirian yang menentang adat pada masa itu. Dan kami meyakini kebersihan dari pendapat mereka tersebut..
Sangat berlainan dengan keadaan pada masa sekarang, dimana banyak orang-orang yang pada pandangan lahir sangat faham akan Ilmu Agama namun setelah dicermati rupanya tidak. Sifat keras yang mereka tunjukkan, tidak memakai raso jo pareso lisan maupun perbuatan sangatlah serupa dengan Kaum Sepilis, Sosialis, dan Atheis. Kaum yang satu menghujat adat dan yang lain menghujat agama. Akhirnya orang kebanyakan menjadi bimbang “Manakah yang benar ini?”
Memang begitulah cara kerja dari para Zionis (Kosnpirator) mengadu domba antara umat Islam, memicu persengketaan, dan melahirkan perpecahan. Selepas itu dikala lemah kita diserang tanpa ampun. Serupa dengan peringatan dari Rasulullah lebih dari 14 abad yang silam “Akan datang suatu masa dimana umat Islam serupa tulang yang diperebutkan..”
“Kenapa ya Rasulullah? Apakah karena jumlah kita sedikit pada masa itu?” tanya sahabat
“Tidak, jumlah kalian banyak namun serupa buih di lautan..” jawab nabi.
Di satu sisi juga terdapat beberapa orang tokoh Intelektual Minangkabau hasil Pendidikan Sekuler pada masa itu (abad-19 & awal abad 20-an). Dimana mereka berdiri berseberangan dengan Kaum Pembaharu Islam. Namun tatkala terdengar isu Kristenisasi di Minangkabau pada masa itu, maka kedua golongan yang bertentangan ini akhirnya bersatu dalam membela Islam & Minangkabau.
Kalaulah boleh kita surut ke belakang, dimasa Perang Paderi dimana Belanda datang mengancam maka Golongan Paderi dan Golongan Adatpun bersatu dan berperang melawan Belanda kafir. Padahal sebelumnya dimasa Gerakan Paderi, kedua golongan ini saling benci dan saling bunuh..
Cobalah kita tengok keadaannya pada masa sekarang. Orang-orang hasil pendidikan Sekuler justeru membiarkan pemurtadan dengan dalih Kebebasan Beragama. Sedangkan kaum yang lain tak tampak kerjanya dalam mempertahankan dan mempertebal iman umat Islam (orang Minangkabau) dalam menghadapi Pemurtadan ini. Sibuk berkoar-koar di Rantau, menghujat Alam Minangkabau. Bahkan sebagian dari mereka ada yang jarang bahkan belum pernah datang ke Minangkabau. Status Minangkabau hanya mereka dapatkan dari segi keturunan, serupa agaknya dengan Islam yang juga mereka warisi dari orang tua mereka.
Tatkala kami bercakap dengan golongan yang menjadikan (mengambing hitamkan) Islam sebagai alat untuk menyukseskan misi mereka. Bukan berarti kami menghujat, mencemeeh, atau tidak menghormati ulama-ulama besar terdahulu kelahiran Minangkabau. Yang kami maksudkan ialah orang-orang sekarang, orang-orang yang memperkeruh keadaan di Alam Minangkabau dengan berlindung dibalik simbol-simbol Islam.
Kami khawatir, bagi orang Minangkabau yang tak panjang berfikir maka akan langsung membenci agama karena melihat adat mereka diserang sedemikian rupa. Kami harap janganlah demikian hendaknya, sebab agama dan adat di Minangkabau ialah satu. Menegakkan Islam berarti Menegakkan Adat – Menegakkan Adat berarti Menegakkan Islam di Alam Minangkabau ini..

No comments:

Post a Comment